Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Gereja Mula-mula (Pendekatan Historis-Kritis teks Alkitab pada kehidupan Para Rasul)

Sejarah Gereja

( Pendekatan Historis-Kritis teks Alkitab pada kehidupan para rasul )

Oleh : Pdt. Rendra Andi Christianto, S.Si

Disampaikan pada pertemuan /sarasehan Majelis Jemaat

di Pepanthan Jombok 8 September 2019

 

Mengapa kita perlu sejarah? Tentu jawabannya adalah Allah turut bekerja dalam sejarah. Agama Kristen bukanlah agama mitologi yang berbicara tentang dewa-dewa yang tidak memiliki sejarah, yang tempatnya di alam antah-brantah. Agama Kristen adalah pengajaran tentang Firman itu jadi manusia (bdk. Yoh. 1:14). Dan ketika jadi manusia, firman itu hidup dalam alam dunia ini di tengah-tengah kehidupan sejarah suatu bangsa yaitu bangsa Israel. Setelah itu Dia mengatakan akan mendirikan Gereja (bdk. Mat. 16:18).

Mari kita melihat mundur kebelakang dari 21 abad ke abad pertama dimana kita dapat melihat dengan samar sejarah gereja itu yang mendekati pada keaslian data otentik. Berdasarkan catatan teks Alkitab di dalam Matius 16:18, Yesus Kristus mengatakan dan berjanji bahwa Dia akan mendirikan Gereja-Nya dan alam maut tidak akan menguasainya. Itu berarti tentang pengajaran-pengajaran sesat yang dapat mengancam keberadaan gereja-Nya. Gereja itu didirikan atas dasar Rasul Petrus, pribadi yang sengaja ditunjuk langsung oleh Yesus Kristus dan nantinya untuk memulai berdirinya Gereja diatas bumi. Maka dalam catatan Matius 10:1-2 “ ... inilah nama kedua belas rasul: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas Saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya ... “ Mengapa pertama? Bukan kedua atau ketiga? kalimat bergaris bawah menunjukan kedudukan atau jabatan atau seorang pemimpin. Bahwa Petrus ditempatkan sebagai yang pertama sebagai pemimpin kolega para rasul.

Pada awal Yesus Kristus melakukan pelayanan-Nya organisasi kecil kedua belas rasul menjadi cikal bakal sebuah gereja. Disamping kedua belas rasul masih ada lingkaran dalam dengan jumlah 3 orang murid-Nya yang tercatat di dalam Matius 17:1 “Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka naik ke sebuah gunung yang tinggi... “. Tiga orang ini selalu ada pada tiap-tiap momen penting, salah satunya adalah ketika Yesus Kristus di taman Getsemani “Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.” Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya ...” Mat.26:36-37. Sementara itu selain kedua belas rasul dan lingkaran dalam berjumlah tiga orang ini masih ada lagi kelompok 70 (bdk. Luk 10:1) yang diutus Yesus Kristus mendahului-Nya kesetiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Dan ada lagi kelompok penyandang dana yaitu para ibu-ibu yang mendanai rombongan Yesus Kristus dengan kekayaan mereka (Luk. 8:1-3). Jadi pada waktu itu rombongan Tuhan Yesus bisa dikatakan sebagai organisasi kecil. Yesus Kristus sebagai fokusnya, ada kedua belas orang Murid, ada pemimpin rombongannya, ada lingkaran dalam diantara para murid, lalu ada 70 orang, ada ibu-ibu yang membantu untuk keuangan rombongan itu dan ada bendaharanya tetapi bendaharanya tukang korupsi. Siapa itu? Yudas Iskariot. Kalau ini bukan organisasi mana mungkin ada bendaharanya dan ada ketuanya (Yoh. 12:4-6). Yudas Iskariot memegang uang kas rombongan tetapi ia tidak jujur sering merampok uang kas rombongan itu. Maka unsur-unsur organisasi pada jaman pelayanan Yesus sangat nampak. Dan bahwa Petrus terbukti adalah ketua para rasul itu setelah Yesus Kristus naik ke surga. Petrus mengatakan bahwa Yudas Iskariot harus digantikan karena angka 12 itu harus tetap ada menunjukkan simbol gereja sebagai Israel baru sebagaimana Israel lama itu punya nenek moyangnya yaitu 12 suku (yang dimaksud dengan keduabelas suku Israel adalah keturunan dari anak laki-laki israel (Yakub): Ruben, Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar, Zebulon, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Yusuf, dan Benyamin). Maka gereja juga punya nenek moyang rohaninya 12 rasul. Itulah sebabnya angka 12 ini tidak boleh hilang kalau orangnya tidak ada; angka 12 harus tetap dipertahankan maka Yudas Iskariot harus digantikan oleh Matias. Siapa yang memimpin rapat waktu itu? Ya petrus (bdk. Kis. 1:15-26). Jadi Yesus Kristus sudah mempersiapkan akan berdirinya gereja itu sebab Dia sendiri mengatakan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku. Kalau Dia sendiri yang mendirikan Gereja-Nya maka tidak mungkin Dia tidak mempersiapkan semua itu. Memang pada akhirnya gereja itu lahir secara penuh pada hari Pentakosta. Pada saat itu Roh Kudus turun, itulah hari lahir gereja. Gereja itu nanti akan menjadi bait dari Roh Kudus. Makanya sebelum Roh Kudus turun gereja belum ada masih pada tahap persiapan saja.

Setelah hari lahir gereja ini sekali lagi yang menjadi juru bicara kelompok  para rasul ini adalah Petrus pula yang menunjukkan bahwa dia pemimpin. Coba kita baca pada Kis. 2:14-15 jadi gereja lahir jam berapa? Jam 9 pagi tahun 33 Masehi. Itu lahirnya gereja setelah Yesus Kristus naik ke sorga. Setelah Petrus berkhotbah akhirnya banyak orang tersentuh hatinya bertobat sebanyak 3000 jiwa (bdk. Kis 2:41). Awalnya dari 120 orang banyaknya (bdk. Kis 1:15) lalu dalam waktu singkat 3000 jiwa masuk dalam gereja. Bagaimana kehidupan gereja pada waktu itu? Kitab Suci Perjanjian Baru sudah ada belum? Orang Kristen pada waktu itu yang dipegang apa ?

Menurut catatan teks dalam Kisah para rasul orang Kristen waktu itu memegang ajaran lisan dari pengajaran rasul-rasul (bdk. Kis 2:42) mereka tidak ngarang-ngarang ajarannya sendiri. Sebab rasul memang ditetapkan oleh Yesus Kristus jadi gurunya dunia (bdk. Mat 28:19-20).

 

Kehidupan gereja pada jaman rasul-rasul

Pengajaran:

Menurut catatan teks Kis.2:42 orang percaya waktu itu hanya memegang ajaran lisan dari para rasul. Kitab suci khususnya perjanjian baru seperti yang saat ini kita miliki belum ada debab Paulus belum bertobat. Kitab Suci baru ada dikanonkan pada abad ke-4 oleh konsili-konsili Gereja dan para Paus. Jadi orang-orang kristen purba waktu itu ajarannya adalah ajaran dari para rasul yang bersifat komunal milik seluruh gereja. Maka jikalau ada ajaran-ajaran sesat yang muncul yang menyelesaikan seluruh gereja. Contoh dalam Kis. 15:1-6 berbicara tentang sunat, kalau tidak disunat tidak masuk surga. Hal ini bertentangan dengan ajaran para rasul tentang pengorbanan Yesus Kristus yang mati di atas kayu salib dan bangkit untuk menyelamatkan setiap orang yang percaya. Maka Paulus dan Barnabas serta orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu. Masalah itu harus diselesaikan bersama dengan seluruh pimpinan gereja yang bertemu berkumpul didalam persidangan yang dalam bahasa latin disebut konsili. Hingga saat ini cara gereja sepanjang sejarah kalau ada masalah-masalah selalu diselesaikan dalam konsili.

 

Cara beribadah atau Tata ibadah:

Perjamuan Kudus selalu mereka lakukan dalam setiap persekutuan mereka bertekun dalam pengajaran rasul, dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Kumpulan orang Kristen pertama itu dalam bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani, masih disebut sebagai sinagoge (bdk. Yak. 2:1-2). Seperti yang perah saya sampaikan juga dalam saresahan mengenai sejarah liturgi gereja bahwa dalam terjemahan bahasa asli Kis. 2:42 adalah mereka bukan berdoa tetapi melakukan bentuk doa-doa. Hal ini dapat kita mengerti bahwa orang kristen pada waktu itu adalah orang-orang Yahudi maka mereka berdoa masih dengan cara Yahudi. Lambat laun setelah mereka diusir orang Yahudi cara sembahyang seperti itu mengalami penyesuaian dengan ajaran kristologi tapi kerangaknya masih tetap seperti cara sembahyang orang yahudi (bdk. Luk 4:19).  

 

Kehidupan Sosial Warga:

Dengan berkembangnya gereja ribuan orang masuk ke dalam gereja pada akhirnya para rasul tidak mampu menangani semua orang yang pada akhirnya timbul permasalahan baru yaitu rebutan sembako (Kis 6:1-5). Karena para rasul fokusnya pada pelayanan Firman dan bukan pada persembakoan maka para rasul memanggil semua murid untuk memilih tujuh orang untuk melakukan pelayanan diakonia. Mari kita coba baca dalam Kis.14:23 “Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka”. Kita dapat memahami bahwa di ayat ini terjadi pentahbisan atas penatua-penatua yang dipilih untuk menjadi pimpinan jemaat. Perlu kita ketahui juga bahwa kata penatua bukan anggota majelis gereja seperti yang kita pahami saat ini. Dalam bahasa Yunani kata Penatua adalah presbyteros yang berarti seorang yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh. Penatua juga dapat diartikan sebagai pemimpin Kristen. Jabatan Pendeta menurut sepengetahuan saya asal usulnya tidak jelas tidak pernah ada dalam catatan teks alkitab dan sejarah gereja para rasul. Karena sebutan pendeta itu baru hanya ada di Indonesi ketika gereja kristen protestan belanda datang ke indonesia tidak menemukan istilah yang cocok untuk jabatan itu maka meminjam istilah dari agama Hindu dan Budha.

 

Jabatan-jabatan Gereja:

Pada jaman para rasul bahwa kedudukan presbyterosi masih sama dengan kedudukan episkopos (bdk. Kis. 20:28). Jadi tugasnya para presbyteros atau para penatua adalah menggembalakan gereja-Nya dan mereka juga disebut sebagai episkopos atau terjemahan bahasa indonesia adalah penilik jemaat (bdk. Tit.1:5-7). Tetapi seiring berjalannya waktu menjelang kematian rasul Paulus ketika ia menjadi tua kedua kedudukan ini mulai dipisah termasuk tentang penataan diaken yang adalah rohaniawan gereja bagian bidang sosial (bdk. 1 Tim. 3:1,8,17 ; 1 Tim. 17-18). Jadi dari jaman rasul itu jenjang rohaniawan ada tiga: 1) episkopos, 2) presbyteros, dan 3) diaken, yang semuanya itu sebagai gembala gereja. Disamping itu ada jabatan-jabatan dalam gereja waktu itu ada jabatan non-gembala (bukan jabatan kepemimpinan dalam gereja) sebagai karunia Roh Kudus yaitu rasul; di luar kedua belas rasul. Rasul ini ditugaskan oleh gereja untuk mengajarkan iman rasuliah ditempat yang belum mendengar iman rasuliah. Bedanya dengan penginjil di jaman saat ini adalah penginjil terkait dengan gereja setempat yang hanya menginjili disekitar gereja.

Ketika Paulus menulis surat kepada Timotius, ia diberikan otoritas untuk menegur presbyteros yang berbuat dosa (bdk. 1 Tim. 5:20-22). Hal ini berdampak pada pemisahan jabatan kedudukan presbyteros dan episkopos. Bisa diakatakan bahwa kedudukan Timotius sebagai epikopos pemimpin muda yang umurnya baru 25 tahun ternyata lebih tinggi kedudukannya dari pada presbyteros. Jadi di sini kita sudah bisa memahami bahwa presbyteros dan episkopos itu sudah berbeda jenjang. Episkopos adalah pimpinan presbyteros dan sejak saat itu hingga sekarang terus berlanjut di dalam gereja. 

Tempat Beribadah

Waktu itu gereja belum ada gedungnya, umat kristen masih beribadah di rumah-rumah untuk dipakai  beribadah. Karena waktu kekristenan muncul mereka tidak berpikir untuk mendirikan agama baru. Mereka masih merasa bagian dari agama Yahudi yang mereka percaya adalah nubuat-nubuat perjanjian lama sudah digenapi Yesus Kristus. Itulah sebabnya mereka beribadah di Sinagoga, di bait Allah. Tetapi setelah diketahui bahwa iman mereka berbeda dengan umat Yahudi maka mereka diusir oleh orang-orang Yahudi. Memang pada awalnya mereka bukan agama terpisah dari Yahudi jadi mereka tidak siap untuk mendirikan tempat ibadah yang berbeda. Oleh karena itu setelah mereka diusir tidak bisa lagi beribadah di Sinagoga dan bait Allah sehingga mereka mulai beribadah di rumah-rumah (bdk. Rom. 16:3-5). Begitupun juga ketika mereka melakukan perjamuan kudus sebagai khas Kristen tidak bisa juga dilakukan di Bait Allah atau Sinagoga maka dilayani dirumah-rumah (Kis. 2:46). Pada akhirnya konflik antara orang-orang Kristen Yahudi dengan Yahudi non-Kristen semakin tegang sehingga orang Kristen banyak dianiaya. Tetapi Kekristenan tidak bisa dibendung dan semakin berkembang sampai pada Kekaisaran Romawi. Dan di Kekaisaran Romawi awalnya orang-orang Kristen dianggap bagian dari agama Yahudi. Jadi mereka dipayungi oleh hukum Romawi yang menyatakan bahwa agama Kristen sebagai agama yang sah. Tetapi pada akhirnya Kekaisaran Romawi mengetahui bahwa agama Kristen tidak sama dengan agama Yahudi. Maka Kekaisaran Romawi menganggap Kekristenan adalah agama ilegal sehingga Kekaisaran Romawi mengeluarkan kebijakan baru untuk melakukan penganiayaan kepada orang-orang Kristen.

Penganiayaan Orang Kristen bermula oleh Kaisar Nero (54-68 M)

Awalnya dimulai pada tahun 60an masehi oleh seorang kaisar yang punya sakit jiwa. Suatu malam dia naik ke balkoni kota Roma. Ketika melihat kota Roma dari atas nampak gelap maka dibakarnya kotanya sendiri dan mengatakan orang Kristenlah yang membakar. Maka terjadilah aniaya terhadap orang Kristen sehingga banyak orang menjadi martir waktu itu. Dan penganiayaan itu terus terjadi selama 400 tahun berlangsung sampai pada gelombang 10 dan hingga berakhir pada 305 M.

Pada waktu itu ketika gereja mengalami aniaya oleh pemerintahan Romawi ada pada intelektual yang pada akhirnya bertobat masuk Kristen. Dan mereka ini yang mulai menulis jawaban atas tuduhan-tuduhan para penyembah berhala ini terhadap orang Kristen. Tuduhan-tuduhan para filsafat penyembah berhala, tuduhan kaisar pada orang Kristen untuk menjelaskan seperti apa iman Kristen itu. Para intelektual ini kemudian disebut sebagai Bapa Pembela Iman atau disebut juga sebagai para Bapa Apologis.

Era Bapa Apologis

Sesudah abad ke-2 para Bapa Apostolik Kekristenan mulai menginjak pada era Bapa Apologis. Hubungan umat dengan pemimpin gereja adalah seperti bapa ke anak (1 Kor. 4:14). Oleh karena itulah karena hasil dari pembela iman itulah para intelektual Kekristenan menempati tempat terhormat dari masyarakat. Dari situlah bangsa Romawi mulai mengenal Kekristenan lebih dalam dan banyak yang bertobat masuk Kristen termasuk dari kalangan pejabat negara.

Setelah mendapat dasar dalam Roma dan untuk pertama kalinya pemimpin di Roma disebut Paus. Padahal pada waktu itu yang menjadi pusat gereja terbesar meliputi tiga tempat. Pertama Roma di barat, di timur Antiokia, dan Alexandria. Pada saat itu muncul gejolak tentang paskah karena gereja di barat sangat ingin menguasai gereja yang lain dan berkembang sampai saaat ini.

Pada saat itu gereja juga diganggu dengan aliran baru yaitu aliran gnostik. Yaitu alirang yang ingin mencampur aduk Injil dengan filsafat kebatinan Yunani. Sehingga mereka mulai menulis injil-injilnya sendiri yang kita kenal sebagai injil Apocypha dan Pseudepigrapha. Seiring berjalannya waktu orang-orang Yahudi mulai menterjemahkan kita perjanjian lama ke dalam bahasa Yunani Koine yang disebut sebagai terjemahan Septuaginta LXX. Gereja Katolik yang sudah berkembang pesat dan hidup dalam kemapanan telah membentuk kanon kitab kedua yang telah tersusun dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Sehingga ada beberapa dogma katolik mengambil langsung dari teks kitab suci misal tentang api penyucian yang diambil dari kitab Makabe. Perkembangan ini terus berlanjut sepanjang sejarah hingga munculnya nama Martin Luther yang memberi dampak luar biasa terhadap Kekristenan dan munculnya berbagai aliran gereja sampai saat ini.

Tentu saja perjalanan sejarah yang panjang itu tidaklah cukup saya sampaikan pada artikel ini secara langsung karena begitu banyaknya dan panjangnya kisah sejarah Kekristenan yang terjadi. Dan hingga akhir artikel ini ditulis masih sebatas poin-poin sejarah yang terjadi pada abad ke-3 dimulai. Mungkin akan saya lanjutkan pada artikel berikutnya atau bab bab selanjutnya.


KEPUSTAKAAN

BUDYANTO, Ajaran Tentang Trinitas, TPK, Yogyakarta, 2001.

CALVIN, Y., Institutio – Pengajaran Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003.

DUYVERMAN, M.E., Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1985.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini – Jilid 1 (A-L), Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 1992.

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini – Jilid 2 (M-Z), Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta, 1992.

GROENEN, C. Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 1986.

GUTHRIE, Donald, Teologi Perjanjian Baru 1 – Allah, Manusia, Kristus, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1995.

GUTHRIE, Donald, Teologi Perjanian Baru 2 – Misi Kristus, Roh Kudus, Kehidupan Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1995.

GUTHRIE, Donald, Teologi Perjanjian Baru 3 – Eklesiologi, Eskatologi, Etika, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993.

LOHSE, Bernhard, Pengantar Sejarah Dogma Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994.

MC GRATH, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1999.

SUDJALI, Bambang Broto, Sejarah Dogma Trinitas, TPK, Yogyakarta, 1986.

Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 2002.

ISMAIL, Andar, Selamat Bergereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009.

BROWNING, W.R.F., Kamus Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009.