Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

FILSAFAT POLITIK PLATO

Ringkasan Buku
FILSAFAT POLITIK PLATO
Oleh: Rendra A. Christianto

Yunani Purba
Geografis
         Yunani terletak di sebelah tenggara benua Eropa. Apabila kita membuka peta Yunani modern modern, maka terlihat bahwa Yunani berbatasan dengan Albania, Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki. Yunani terdiri dari ujung tenggara benua Eropa, kepulauan Ionia, dan sebagian kepulauan Aegea. Di sebelah barat terbentang laut Ionia, di sebelah selatan laut tengah dan di sebelah timur laut Aegea.
         Iklim di Yunani berbeda-beda di berbagai tempat. Di bagian utara, pada musim dingin amat dingin dan pada musim panas amat panas. Di daerah pegunungan pada umumnya musim dingin lebih lama daripada di tanahh datar dekat pantai. Di semenanjung Peloponesos dan di kepulauan biasanya musim dingin tidak terlalu lama dan tidak terlalu dingin, sebaliknya musim panas sangat lama dan kering. Di sebelah barat lebih sering hujan daripada di sebelah timur, oleh sebab itu korfu lebih hijau daripada khios. Umumnya Yunani jarang turun hujan kecuali pada musim dingin. Pada musim panas udara sangat jernih dan langit pun sangat bersih, biru bagaikan kristal biru.
         Kondisi tanah di Yunani tidak begitu bersahabat dengan manusia, karena selain terlalu banyak gunung, juga tidak subur untuk bercocok tanam. Keadaan alam yang tidak terlalu ramah itulah yang telah mendorong banyak orang Yunani sejak dahulu kala pindah ke daerah lain yang lebih memberi harapan untuk hidup.
Asal usul
         Asal usul mereka tidak dapat diketahui dengan pasti. Semula para ahli sejarah menduga mereka berasal dari dataran tinggi pamir, kemudian ada yang mengatakan berasal dari Siberia, bahkan ada yang mengatakan berasal dari tanah datar Jerman-Polandia, sehingga ada istilah dengan nama Indo-Jerman; namun besar kemungkinan yang benar ialah, mereka sudah sejak lama hidup secara nomadis di antara sungai Dnpr dan Volga di sebelah selatan Rusia.
         Pada saat rumpun suku-suku bangsa yang ingin menguasai wilayah di bawah hukum rimba, maka sejak saat itu, Yunani didiami oleh empat suku Hellenes, yaitu: suku Achaea, Aeolia, Ionia (yang merupakan asal nama Yunani) dan, Doria. Dalam sejarah Yunani purba, suku-suku nbangsa itu pecah dan terpisah satu sama lainnya, bahkan saling sering serang dan membunuh. Namun jika terdapat gangguan dari bangsa lain, mereka segersa bersatu untuk menghadapi ancaman tersebut.
Pengaruh peradaban timur
         Seni sastra dan filsafat yangh bersemi di Yunani purba merupakan fajar peradaban modern dunia barat yang dianggap telah berhasil membawa manusia ke gerbang dunia impian yang begitu didambakan selama berabad-abad lamanya. Pada saat suku bangsa Hellenes memasuki tanah Yunani, sesungguhnya mereka masih pengembara kasar yang belum mengenal peradaban.
         Karena orang Yunani bekas bangsa pengembara maka walaupun mereka telah memperoleh tempat tinggal yang tetap, terlebih keadaan alam yang tidak mendukung, membuat banyak orang dari mereka yang gemar merantau, terkhusus ke dunia timur yang pada masa itu telah memiliki peradaban dan kebudayaan yang tinggi. Perantauan itu telah berhasil memperkaya peradaban dan kebudayaan Yunani dengan macam ilmu dan pengetahuan dari timur.
         Sejarah punya bukti bahwa baik Timur maupun Barat sama-sama telah berperan aktif dan positif dalam pembangunan peradaban dunia. Sehingga betapa indahnya apabila semua bangsa dapat “berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah”.
Kebudayaan
         Kebudayaan Yunani berawal dari pula kreta, suatu pulau terbesar di Yunani. Pada umumnya kota-kota di Kreta dibangun dengan baik, jalanan dibuat lurus dan rata. Sekitar abad 30-20 SM orang-orang kreta memiliki keahlian menempa dan mengecor besi, oleh karena itu sudah mampu memproduksi alat-alat perang dan logam. Baru pada abad ke 20-16 budaya dari Kreta mencapai kejayaan nya. Mereka mampu membangun istana yang megah, indah dan kokoh disertai dengan likusan pada dinding, serta dpahat dan di hias dengan warna.
         Sekitar abad yang ke 15 SM kejayaan Kreta berakhir. Ada banyak spekulasi keruntuhan Kreta antara lain karena terjadinya gempa bumi, karena krisis ekonomi, dan karena daerah-daerah koloni telah melepaskan diri dari induknya. Tetapi yang pasti ialah terjadintya penjajahan suku-suku bansa Hellens yang akhirnya menaklukan seluruh Yunani. Dalam bidang seni sastra, kitab Iliad dan Odysse karya Homeros, sekitar abad ke 8 merupakan karya sastra Yunani yang tertua. Dalam bidang seni bangunan, sejak abad ke 8 SM tercipta arsitektur gaya Lonia dan gaya Doria. Kuil Herakles dan Zeus di daerah koloni Italia selatan, kuil Arthemis di Efersus dan kuil Apollo di Milete. Dalam bidang olahraga, sejak abad ke 8 SM diselenggarakan pertandingan olah raga yang disebut Olympiade. Untuk menghormati dewa Zeus
Agama
         Orang Yunani menyembah banyak dewa (polytheisme), akan tetapi agama Yunani ini banyak di kecam oleh filusf, seperti Scorates dan Plato. Mereka mengecam yang dilakukan oleh orang Yunani bagi agama pada umunya tidak meraih penghargaan yang tinggi. Prestasi mereka dalam bidang agama tidak penting dan tak cukup berarti.
Negara-Negara kota
         Yunani dibagi menjadi berbagai negara-negara bagian, karena ada suatu perang yang terkenal sehingga membuat Yunani terbagi menjadi negara-negara bagian yaitu perang Peloponesos yang berlangsung sekitar 431-404 SM antara Athena dan Sparta. Sehingga efek dari perang tersebut, teristimewa yang dialami, oleh negara Athena.
Bab 3
Athena
         Athena terletak di sebelah tenggara Yunani daratan, di bangun di sekitar Akropolis. Athena beriklim sedang dan kering, berasuhu rata-rata sekitar tujuh derajat celcius pada musim panas. Kota Athena memiliki ladang yang luas di sekeliling kotanya. Bercocok tanam adalah mata pencaharian yang di hormati bagi orang Athena. Yang menjadikan Athena makmur adalah pertambangan perak di Laurium yang mulai diusahakan sejak awal abad ke 5 SM menghasilkan perak yang berlimpah-limpah.
                                                                        Sparta
 Sparta adalah : sebuah kota yang terletak di Lembah Eurotas di bagian selatan Peloponesos. Letaknya di kelilingi oleh gunung yang kokoh bagai benteng yang abadi serta beriklim sedang. Orang-orang Sparta adalah suku Doria yang masuk kesemenanjung Yunani pada tahun 1200 SM orang –orang Doria menaklukan suku bangsa Yunani yang terlebih dulu bermukim di yunani.Suku bangsa yunani di taklukkan oleh suku Doria dan mereka di jadikan budak dengan  sebutan  Helots dengan jumlah 2kali lipat lebih besar dari suku Doria.Warga negara Sparta berjumlah  25.000 jiwa sedang  jumlah  helot 500.000 jiwa . Ada orang yunani yang bukan orang  Sparta sehingga tidak di jadikan budak dan  mereka bebas dari negara Sparta. Meskipun mereka bebas tetapi mereka tidak di berikan hak untuk menjadi warga negara Sparta.  Sebutan mereka ‘’Perioeci’’ dan jumlah tidak di ketahui dengan pasti. Warga negara Sparta tidak berhak memiliki tanah yang luas melebihi jatah yang telah di tentukan oleh penguasa kecuali mereka bangsawan.  Yang  menggarap tanah ialah hanya para budak ,hasilnya di serahkan oleh para  pemilik tanah,mereka hanya mendapatkan bagian kecil saja sehingga sering kali tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya. Maka para budak sering menimbulkan pemberontakan dengan penguasa dengan  resmi di umumkan untuk berperang setahun sekali. Warga Sparta harus mencukupi kebutuhan keluarga dan harus membayar pajak kepada pemerintah dari hasil tanah mereka. Bagi mereka yang tidak membayar pajak maka akan kehilangan haknya sebagai waraganegara  dan kehilangan tanah miliknya  Pertumbuhan warga Sparta cukup terkendali tetapi untuk budak –budak pertumbuhan ini tidak dapat di kendali sehingga mencapai dua puluh kali lipat .
                                                    Latar belakang historis
Sparta adalah sebuah kota tua pada zaman Mycena (1600-1200SM) yang merupakan sebuah kota di semenanjung Peloponesos. Perang Troya dimulai dari Sparta karena Spatralah Helen istri  Raja Menelaos di culik oleh paris  sehingga menyebabkan oerang Troya. Pada tahun 800 Sm muncul tokoh yang bernama Lycurgus. Ia menyusun konstitusi Sparta yang bersifat aristokratis militer dengan dua orang raja satu dewan tua-tua dan dewan rakyat. Tujuan untuk membangun suatu negara yang kuat ,kehidupan warga negaranya diatur dan di kendalikan oleh negara. Lycurgus sebenarnya membuat konstitusi agar warga Sparta dapat berjanji dan tidak mengubah  sesuatu yang sudah di susunnya, meskipun sudah di hapuskan tetapi mereka harus  dapat berjanji pada diri sendiri meskipun mereka berada di luar negeri.Lycurgus adalah seorang putra raja Agis I. Tahun 743 SM menakklukan Messenia yang memiliki daerah yang subur yang terletak barat gunung Taygetus. Pada abad 6 SM kekuasaan Sparta semakin meluas sampai ke semenanjung Peloponesos ketika ia menaklukan arcadia.  Pada abad ke 5 SM tentara Persia mengancam Yunani untuk menyerahkan Sparta menolak.sepuluh tahun kemudian tentara Persia menyerang ,Sparta memimpin sebuah pasukan dan bergabung dengan tentara Yunani dan pada saat itu terlihat kepahlawananya. Perang peloponesos : Perang antara Sparta dan Athena dan perang ini berlangsung 27 tahun .  Pada tahun  404 SM Athena di kalahkan Sparta,namun perang itu melemahkan Sparta dan pada tahun 371 sparta di taklukan Thebe, yang di pimpin ole Epaminondas. Sparta memiliki dua raja yang memiliki garis keturunan yang berbeda. Kedua raja itu adalah anggota dari sebuah dewan  tua –tua (gerousia ) karena jabatan mereka dan bukan karena hasil pemilihan . Gerousia memiliki peranan penting dalam tata pemerintahan Sparta.  Tugas Gerousia adalah menyaringkan dan menetapkan  proposal yang diajukan pada warga negara (apella),Namun Geousia mengadili kasus –kasus criminal dan mengatur segal yang di atur Apella ,apella hanya menguarakan ya atau tidak bagi setiap proposal yang di ajukan . Apella tidak memiliki peran penting dalam tata pemerintahan Sparta.
Suku doria gemar berperang  sehingga mendorong mereka untuk membangun suatu negara dan pemerintahan militer yang kuat. Setiap warga Sparta dididik dan dilatih agar menjadi prajurit –prajurit yang tidak takut pada medan pertempuran.  Pendidikan yang mereka dapatkan terarah pada latihan fisik missal :lompat ,lempar lembing ,cakram dstnya.Pada usia dua puluh sampai tiga puluh tahun pemuda –pemuda Sparta bertugas menjadi kadet dan polisi rahasia yang di kenal sebagai : Crypteia  dengan tujuan menjaga dan mengawasi  para helot agar bekerja sebagaimana untuk mencukupi kebutuhan pangan warga negara Sparta. Usia tiga puluh tahun mereka berhak untuk menikah .apabila pada usia enam puluh tahun , karier  militer  mereka  berakhir. Wanita-wanita Sparta juga melakukan latihan fisik seperti Lompat ,lari, lembar lembing dan cakram bahkan gulat ,tinju dll sehingga  wanita –wanita Sparta terkenal sehat dan kuat di seluruh wilayah Yunani.
                                                       Siapakah   Plato ?
Kelahiran dan sisilahnya :  Plato lahir di Athena ,ada ada juga yang mengatakan ia lahir di Aegina. Ia lahir 428 SM,ada yang mengatakan 427 SM. Plato lahir pada keluarga aristocrat   yang memiliki keturunan penting dalam politik.   Ayahnya bernama Ariston  keturunan bangsawan  raja Kodrus raja terakhir Athena yang hidup sekitar 1068 M. Ibunya bernama : Periktione keturunan solon tokoh egendaris agung Athena yang hidup 100 tahun lebih awal dari periktione. Plato ialah Aristokles.karena dahi dan bahunya lebar sehingga di juluki plato. Pada saat usia masih kecil ia sudah menjadi anak yatim dan ibunya menikah kembali dengan pamannya yang  bernama: Pyrilampes. Plato dibesarkan dan dididik oleh pyrilampes. Plato meninggal di Athena pada usia delapan puluh tahun dan ia tidak pernah menikah .Plato begitu kritis terhadap demokrasi . Plato menempuh karir politik  ketika terbentuknya “oligarkis –aristokratis ”yang di kenal kelompok tiga puluh tyrannoi, dan berubah menjadi kelompok yang kejam dan dictator,sehingga plato tidak sudi bergabung dengan mereka . Plato menuliskan karya –karya yang baik dan terkenla sebagai filsuf yang agung seorang sastrawa yang mengagumkan.    
Filsafat Plato
Filsafat yang di kagumi dan di cintai oleh plato adalah socrtaes. Hampir seluruh metodenya menggunakan metode sokkratik yaitu metode  di kembangkan  oleh Socrates yang di sebut : “Elenkhus”.Plato berhasil menyepurnakan method sokratik dengan menuliskan dialog-dialognya ke dalam suatu kesusastraan.yang mempesona. Dari Socrates plato mengenal nilai –nilai kesusilaan yang menjadi norma –norma dalam  kehidupan manusia.Plato tidak hanya di pengaruhi Socrates tapi juga di kenal sebagai filsuf pra-sokratik .Sebelum plato belajar dengan Socrates ia belajar filsafat dengan Kratylos. Kratylos adalah murid Herakleitos. Segala sesuatu bergerak dan berubah .pemikiran Herakleitos  dan kratylos menurut plato  pemikiran mereka hanya berlaku dalam hal inderawi. Plato mengenal ajaran Parmenides yang bertolak belakang pada pemikiran Herakleitos.  Plato juga mengetahui dengan ajaran orphisme yang di sebut : Mysteri Orphik yaitu gerakan agamis dan filsafati yang tersebar di Yunani  pada abad 6 SM. Orphisme  mengajarkan dualisme tubuh dan jiwa manusia untuk membebaskan jiwa dari tubuh. Menurut plato manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Tubuh dan jiwa senantiasa berada dalam ketegangan dan saling tarik –menarik.  Plato tidak menerima ajaran Phytagoreanisme yang mengatakan tubuh adalah kubur jiwa oleh karena itu menurut Plato tubuh tidak dapat mematikan jiwa. Tubuh hanya berfungsi untuk menahan jiwa, Maka plato katakan bahwa tubuh hanyalah penjara jiwa dan bukan kubur jiwa.
                                  Idealisme Plato  yang bertumpu pada ajaran   
Filsafat plato bertumpu pada ajaran tentang ide. Plato percaya bahwa ide adalah realitas  yang sebenarnya dari segala sesuatu  yang dapat di kenal lewat panca  indra seperti tumbuhan,bunga, manusia hewan dll. Menurut Ide bukanlah sebuah gagasan tapi atau gambaran yang berada di dalam pemikiran manusia  keberadaan ide tidak bergantung pada daya fikir manusia ide itu harus mandiri ,sempurna dan tidak berubah-ubah. Dunia sesungguhnya bagi plato ialah dunia ide. Semua ide dengan ide yang baik atau ide kebaikan dan ide kebajikan sebagai ide yang tertinggi yang ada di dunia, adalah realistas yang sebenarnya . sedang segala sesuatu yang indrawi adalah merupakan realitas bayangan.
Bab VII
Negara
Pengertian dan hakikat negara
Apakah negara menurut pengertian Plato?
         Dilihat dari latarbelakangnya, bahwa Plato hidup dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, Plato lahir sekitar tiga atau empat tahun sesudah pecahnya perang Peloponesos yang berlangsung sekitar dua puluh tujuh tahun. Pada usia sekitar dua puluh tiga tahun, Plato menyaksikan pada masa pemerintahan demokratis yaitu kekalahan Athena oleh Sparta. Itulah salah satu sebab mengapa Plato sebagai seorang aristokrat begitu kritis terhadap demokrasi. Bagi plato negara dan manusia memiliki persamaan maka oleh sebab itu masalah moralitas haruslah merupakan yang paling utama yang harus diperhatikan dalam kehidupan keberadaan negara itu sendiri, sebagaimana  ia harus menjadi yang paling hakiki dalam keberadaan hidup para penguasa dan seluruh warga negara selaku manusia. Dan karena Plato banyak dipengaruhi oleh Sokrates gurunya, beberapa filsuf  politik menarik kesimpulan bahwa Plato, negara ideal adalah suatu kommunitas etikal untuk mencapai kebajikan dan kebaikan itu. Itulah jawaban yang paling tepat bagi pertanyaan, apakah negara menurut pengertian Plato.
         Selanjutnya, menurut Plato, negara ideal pada hakikatnya adalah semua bersaudara, maka luas negara itu tidak boleh terlalu kecil atau terlalu besar. Adapun ukuran suatu negara harus sesuai dengan kemampuan untuk menjaga dan memelihara kesatuan di dalam negara itu sendiri. Selama sebuah negara yang sedang bertumbuh berkehendak untuk tetap berada dalam satu kesatuan, biarlah ia bertumbuh sedemikian rupa tetepi jangan terlalu besar.
Asal Mula negara
         Kita lihat teori teokratis yang primitif , yaitu: dewa dewi memerintah langsung negara. Dan itulah sebabnya terjadi penyembahan dan pemujaan terhadap raja atau kaisar, keturunan dewa dewi. Pada zaman Socrates dan Plato, doktrin tentang  asal mula negara yang demikian itu menghilangkan popularitasnya oleh ajaran kaum sofis. Protagoras, seorang tokoh terkemuka kaum Sofis, mengatakan: “negara dicipta oleh manusia itu sendiri, pada mulanya manusia hidup sendiri-sendiri namun ternyata sendiri-sendiri itu mengundang terlalu banyak ganguan dan kesulitan. Ajaran Protagoras tentang asal mula negara ternyata cukup mempengaruhi pemikiran Plato. Namun Plato melihat bahwa ganguan dan kesulitan yang harus diatasi manusia bukan hanya dari luar dirinya tetapi yang terutama justru yang berasak dari dalam dirinya sendiri. Bagi Plato, asal mula negara dimulai dengan keinginan dan kebutuhan manusia yang begitu banyak dan beranekaragam yang tidak dapat terpenuhi dan terpuaskan oleh kekuatan dan kemampuan diri sendiri. Maka manusia lalu bersatu dan bekerja sama demi kepentingan bersama, melahirkan kecakapan, keterampilan dan spesialisasi serta pembagian tugas yang semakin lama semakin terorganisasi dengan baik.  Jadi, negara haruslahdilihat sebgai suatu sistem pelayanan yang mengharuskan setiap warga negara secara bertanggung jawab saling mengisi, saling memberi dan menerima, saling menukar jasa, saling memperhatikan kebutuhan sesama warga, dan saling membangun.
Tujuan, Tugas, dan Fungsi Negara
         Sesuai dengan ajaran etik yang kikembangkannya, bagi Plato tujuan negara sinkron dengan tujuan hidup manusia, yaitu: kesenangan dan kebahagiaan warganya. Jika tujuan negara ialah kesenangan dan kebahagiaan hidup manusia maka itu berari bahwa tugas negara ialah mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan itu dan dengan demikian fungsi negara yang paling menonjol ialah fungsi kesejahateraan.
         Namun ajaran Plato tentang tujuan, tugas, dan fungsi negara, tidak dapat disederhanakan begitu saja. Bagi Plato, kesenangan dan kebahagiaan hidup itu tidak dapat direguk lewat pemuasan hawa nafsu selama hidup di dunia inderawi. Karena apa yang ada di dunia inderawi hanyalah realitas bayangasn dari apa yang sesungguhnya berada di dunia ide, maka apabila sesorang terpesona dan terpaku oleh realitas bayangan lalu mengejar-ngejar realitas bayangan itu, maka ia akan tersesat ke alam ketidaktahuan yang penuh dengan penyesalan dan kekecewaan. Untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan hidup, manusia harus berusah memiliki pengetahuan yang akan menjadikannya bijak untuk menyelami segala sesuatu sanpau kepada idenya.
         Oleh sebab itu, negara ideal adalah negara yang harus dipenuhi dengan segala kebaikan dan kebajikan, karena bagai Plato, negara dan menusia memiliki berbagai persamaan. Negara yang dipenuhi dengan segala kebajikan dan kebaikan itu adalah, sebagaimana dipaparkan Platp dalam Republic, buku empat, negara yang bersendikan keadilan, selain kearifan, keberanian atau semangat dan pengendalian diri dalam menjaga keselarasan dan keserasian hidup bernegara. Hanya negara yang demikian itulah yang akan sangup melaksanakan tugasnya mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan hidup yang sejati bagi setiap warganya. Dengan menyadari bahwa negara dibentuk oleh manusia yang memiliki begitu banyak keinginan dan kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi apabila manusia bekerja sama untuk saling mencukupi keperluannya masing-masing. Negara harus berusaha menciptakan, menjaga, memelihara, dan meningkatkan semangat saling melayani agar semua kebutuhan warganya dapat dipenuhi semaksimal mungkin. Artinya setiap warga harus menjadi pelaku yang senantiasa siap sedia memnuhi tugas penggilannya dalam rangka saling melayani itu sesuai dengan bakat dan ketrampilannya masing-masing. Karena negara dibentuk dengan adanya keinginan dan kebutuhan yang memerlukan pelayanan secara timbal-balik antar warga negara, maka hak dan kewajiban tersebut di atas bukanlah melekat pada warga negara secara induvidual pada jasa-jasa yang dilakukannya.
         Negara ideal harus dapat mendudukkan hak dan kewajiban pada tempat yang tepat dan mengatur serta menjaga agar ke duanya senantiasa selaras dan serasi, karena hanya dnegan cara itulah negara dapat melaksanakn tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan fungsinya untuk mencapai tujuan yang diidamkan dan diimpikan oleh para pembentuk negara yang tidak lain adalah manusia yang menjadi warga negara dari negara yang dibentuknya itu.
Bentuk Bentuk Negara
         Sejak zaman purba, ada tiga bentuk negara yang telah dikenal: monarki, oligaki, dan demokrasi.  Plato mengemukakan lima bentuk negara yang sesuai dengan kondisi jiwa manusia. Karena bagi Plato, negara dan manusia memiliki persamaan, maka senantiasa ada kesesuaian antara manusia dan negara. Dari kelima bentuk negara itu yang terbaik ialah aristokrasi. Pemerintahan negara aristokratik berada di tangan para cendekiawan yang oleh Plato dikatakan sebagai orang-orang yang terbaik, penuh dengan kebajikan dan kebaikan serta keadilan. Oleh sebab itu bagi Plato, aristokrasi adalah bentuk yang paling tepat dan sempurna bagi suatu negara ideal. Namun bentuk negara yang demikian itu tidaklah abadi. Sesuai dengan sifat dan kondisi jiwa manusia yang senantiasa berubah, demikian pula bentuk negara itu. Perubahan bentuk negara dimulai pada saat keutuhan dan persatuan kelas penguasa retak dan kemudian terbagi ke dalam kelompok-kelompok yang saling bertentangan. Namun sejauh mereka sanggup menjaga keutuhan dan kesatuan, sesungguhnya pemerintahan mereka tak akan dapat digoyahkan oleh apa pun. Timbulnya keretakan, ketegangan, dan pertentangan dalam kelas penguasa terjadi pada generasi muda, yaitu pada saat anak-anak para aristokrat itu mulai ikut serta mengambil bagian dalam kekuasaan itu secara mudah, sedangkan kadar idealisme yang mereka miliki tidak sama seprti aa yang dimiliki oleh generasi pendahulu mereka, maka mulailah perubahan. Kepemimpinan dan kepemerintahan mereka tidak lagi tertuju kepada kepentingan bersama melainkan telah bergeser kepada kepentingan mereka sendiri. Kekuasaan yang mereka miliki digunakan untuk meraih kemasyuran, kemuliaan, dan kehormatan yang sebesar-besarnya bagi kepentingan diri sendiri. Dengan demikian berubahlah bentuk negara Aristokrasi yang menurut Plato merosot menjadi timokrasi atau timarkhy.
         Namun seperti aristokrasi, timokrasi pun tidak kekal. Bentuk negara yang kedua itu pun harus berubah sesuai dengan perubahan kondisi jiwa manusia. Pendewaan pada kehormatan dan kemuliaan akan berakhir dan bergeser pada kekayaan. Karena di dalam timokrasi, pemerintahan kelas penguasa teruju kepada kepentingan sendiri demi meraih kemasyuran, kemuliaan dan kehormatan yang sebesar-besarnya, maka akibatnya berubah menjadi keinginan untuk menjadi kaya dan semakin kaya, karena kini kekayaan menjadi identik dengan kekuasaan. Pendewaan kekayaan dan menumpuk harta milik, menimbulkan golongan yang kaya dan yang miskin. Plato mengatakan, bila kekayaan yang dihargai di dalam suatu negara, maka orang-orang yang baik dan bajik kurang dihargai daripada mereka yang kaya. Menurut Plato, konsekuensinya ialah seluruh warga masyarakat menjadi pecinta uang dan telah melupakan segala ambisi mereka semula yakni kesejahteraan bersama, lalu menjadi pengagum dan pemuja orang-orang kaya dengan kekayaannya, sedangkan orang-orang miskin diabaikan. Lebih jauh lalu mereka menetapkan undang-undang yang mengatur bahwa tidak seorang pun yang dapat mengambil bagian untuk menduduki jabatan pemerintahan  kecuali mereka memiliki sejumlah uang yang mencapai batas minimal yang ditentukan. Bentuk negara yang dikuasai oleh golongan kaya yang terus-menerus ingin memperkaya diri disebut oligarki. Bentuk oligarki itu timbul oleh karena kemerosotan timokrasi.
         Proses pemerosotan berlangsung terus. Karena orang-orang kaya dalam pemerintahan oligarkis tak pernah puas untuk memperkaya diri maka orang-orang yang tersingkir dari persaingan itu akan semakin melarat, sedangkan jumlah orang melarat semakin lama semakin besar. Kemudian akan tiba saatnya rakyat menyadari bahwa keadaan mereka semakin memburuk, oleh sebab itu mereka lalu bangkit dan bersatu melawan orang kaya yang telah memeras dan menindas mereka selama itu. Sesudah mereka berhasil menaklukkan dan membunuh orang-orang kaya itu maka dibentuklah suatu pemerintahan yang penguasa dan rakyatnya sederajat, sebab pemerintah dipilih oleh rakyat dan berasal dari rakyat. Lahirlah demokratis yang merupakan bentuk ke empat dalam proses pemerosotan negara ideal Plato.
         Dalam pemerintahan demokratis, kepentingan rakyat diperhatikan sedemikian rupa dan kebebasan pun dijamin oleh pemerintah, orang-orang di dalamnya boleh melakukan apa yang disukainya. Dan orang-orang semakin mengejar kemerdekaan dan kebebasaqn yang tidak terbatas. Akibatnya ialah bencana bagi negara dan juga bagi warganya sendiri menimbulkan kekacauan. Situasi dan kondisi demikian itu merangsang keinginan dan kerinduan banyak orang untuk memiliki pemimpin yang sanggup mengatasi berbagai kerusuhan dan kericuhan yang semakin hebat. Mereka mendambakan seorang tokoh yang kuat, keras, dan berwibawa yang pada mulanya berlaku sebagai “pelindung rakyat”. Tetapi kemudian, karena memiliki kuasa yang semakin lama semakin besar ia pun semakin sewenang-wenang. Rakyat tidak dilindunginya lagi, bahkan sebaliknya ditindas dan ditelan. Dan itulah bentuk negara yang ke lima yang disebut tirani. Tirani merupakan bentuk yang paling jauh dari bentuk negara ideal yang di dambakan Plato.
         Plato membuktikan bahwa aristokrasi adalah bentuk negara yang paling baik dan yang paling mempu memberi kesengan dan kebahagiaan kepada manusia. Namun pada masa tuanya Plato meninjau kembali, hal itu dilakukannya karena ternyata negara ideal yang didambakannya, yaitu suatu negara yang dipimpin dan diperintah oleh cendekiawan atau disebutnya sebagai  filsuf raja adalah negara yang terlalu sempurna bagi manusia. Di dalam Republic buku IX hal itu telah diungkapkannya terlebih dahulu, bahwa sesungguhnya negara ideal itu tidak berada di dunia ini tetapi di langit yaitu di dunia idea di mana pola negara ideal itu tersimpan dengan baik.

Golongan dan kelas dalam negara
Tiga kelas dan dua golongan
Ajaran plato tentang pembagian kelas dalam negara ideal, sejajarnya dengan ajarannya mengenai pembagian jiwa manusia. Ajaran Plato mengenai pembagian jiwa manusia dikenal dengan nama “teori Plato tentang tiga bagian jiwa” yang mengatakan bahwa jiwa manusia terbagi kedalam tiga bagian yang sesuai dengan kapasitas alami yang dimilikinya dan juga yang membedakannya dari segala makhluk hidup lainnya. Yang pertama dari ketiga bagian itu adalah pikiran atau akal (nous) yang merupakan bagian rasional, yang kedua adalah semangat atau keberanian (thumos), dan yang ketiga ialah keinginan, napsu, atau kebutuhan (epithumia). Menurut Plato negara ideal pun terbagi dalam tiga kelas yang sejajar dengan pembagian jiwa manusia tersebut.
Adapun kelas dalam negara itu ialah, yang pertama kelas penasehat atau pembimbing yaitu para cendekiawan atau filsuf, yang kedua ialah kelas pembantu yaitu militer dan yang ketiga ialah kelas penghasil yang terdiri dari kaum petani, pengusaha, niagawan, etc. kesesejaran pembagian jiwa manusia dan kelas-kelas dalam negara sebagai berikut :

Tiga bagian jiwa                                                       Tiga kelas dalam negara

Pikiran atau akal                                                       Para penaseihat atau pembimbing

Semangat atau keberanian                                        Para pembantu atau militer

Keinginan atau kebutuhan                                        Para penghasil


Plato menghubungkan tiga kelas ideal dalam negara dengan empat kebajikan pokok. Kebijaksanaan dan kearifan dihubungkan dengan kelas penasehat atau pembimbing. Keperkasaan haruslah menjadi moralitas jiwa bagi para pembantu atau militer. Sedangkan pengendalian diri haruslah menjadi keutamaan bagi semua orang dalam kelas penghasil. Moralitas jiwa atau keutamaan bagi seluruh kelas dalam negara ialah keadilan. 
Ketiga kelas dalam negara ideal Plato sesungguhnya berasal dari dua golongan. Kedua golongan itu ialah golongan para penjaga dan golongan karya yaitu orang-orang yang memiliki ketrampilan teknik yang merupakan golongan yang besar dalam negara.

Kelas dan golongan bukan kasta
Ada orang yang berpikir pembagian kelas dan golongan dalam negara yang dilakukan Plato merupakan pengkotak-kotakan, pemisahan atau diskrimanasi sosial yang serupa dengan kasta itu. Tetapi sebenarnya Plato tidak berusaha untuk memisahkan atau membeda-bedakan kelas dan golongan itu. Pembagian kelas dan golongan yang dilakukan oleh Plato bertujuam agar kedudukan, fungsi dan jabatan, serta tugas dan tanggung jawab setiap orang didalam negara  diatur sesuai dengan asas :  orang yang tepat ditempat yang tepat

Keadilan
Apakah Keadilan itu?
Keadilan ialah salah satu dari kebajikan pokok atau keutamaan yang harus dimiliki oleh setiap individu dan oleh seluruh kelas dan golongan dalam negara ideal. Bagi Plato, keadilan tidak dihubungkan secara langsung dengan hukum, dengan kata lain keadilan bukanlah konsep hukum. Untuk menemukan pengertian benar yang benar tentang keadilan, pertama-tama harus ditemukan sifat-sifat dasar keadilan itu didalam negara karena negara dan manusia memiliki persamaan, sedangkan ukuran negara lebih besar dari manusia. Plato mengatakan ada keadilan perorangan dan keadilan seluruh negara, sebuah negara lebih besar dari seseorang maka lebih besarlah keadilan didalam negara dan oleh sebab itu lebih mudah dipahami.  Plato tidak bermaksud mengidentikan keadilan individual dengan keadilan seluruh negara. Ia menunjukan bahwa ada perbedaan keadilan individual dengan keadilan negara, walaupun tidak tentu persis sama dan itu berarti ada perbedaan antara keduanya.
Keadilan dalam negara
Untuk menemukan karakter dan sifat dasar keadilan dalam negara, Plato mulai dengan melihat keinginan dan kebutuhan manusia yang begitu banyak dalam kehidupan sehari-hari.  Manusia tidak dapat memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang begitu banyak dengan kemampuan dan ketrampilannya sendiri. Oleh sebab itu pada dasarmya manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya demi kepentingan masing-masing. Mereka lalu bersepakat untuk bekerja sama sesuai dengan bakat, kemampuan dan ketrampilan masing-masing yang didiami bersama-sama dan selanjutnya lahirlah apa yang disebut dengan Negara.
Keadilan Individual
Keadilan individual hanya tercapai lewat penguasaan diri. Penguasaan diri itu hanya terjadi apabila bagian rasional dapat mengendalikan  kedua bagian jiwa lainnya, yaitu bagian semangat atau keberanian dan bagian keinginan atau nafsu. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa keadilan individual ialah berfungsinya seseorang yang sanggup menguasai diri sesuai dengan panggilannya yang ditentukan oleh bakat, kemampuan, dan keterampilan.
Hukum
       Bagi Plato, hukum dan undang-undang bukanlah semata-mata untuk memelihara ketertiban dan menjaga stabilitas negara melainkan yang terutama ialah untuk menolong setiap warga negara mencapai keutamaan atau kebajikan pokok sehingga akirnya layak menjadi warga Negara dari Negara ideal. Jadi hukum dan undang-undang erat bersangkutpaut dengan kehidupan moral setiap warga negara. Hukum dan undang-undang harus dapat menempatkan diri bagaikan seorang ayah yang baik hati yang tidak pernah memaksakan kehendaknya sebelum diberikan penjelasan yang meyakinkan bahwa kehendaknya itu baik bagi anak-anaknya. Itulah sebabnya, seseorang yang melanggar undang-undang harus dihukum, namun hukuman itu tidak boleh dijalankan  sebagai tindakan pembalasan yang dianggap setimpal dengan kejahatannya. Plato melihat pelanggaran yang dilakukan oleh manusia sebagai suatu penyakit dalam bagian rasional dari jiwa manusia oleh karena tidak mengetahui dan tidak mengenal akan keutamaan atau kebajikan pokok yang harus dicapai dan dimilikinya dalam kehidupannya. Jadi, hukuman haruslah merupakan suatu obat yang harus sanggup menyembuhkan penyakit yang diidap oleh si terhukum itu.
Kekuasaan
            Apakah itu Kekuasaan??
Banyak definisi yang ditawarkan oleh para sarjana mengenai kekuasaan itu. Ada yang yang mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, ada juga yang mengatakan kekuasaan itu kemampuan untuk menetapkan sesuatu sehingga orang lain mentaati apa yang ditetapkan itu, namun ada pula yang mengatakan kekuasaan adalah istilah politik untuk kata “kekuatan”. Menurut Plato kekuasaan adalah kesanggupan untuk meyakinkan  (persuasi) orang lain agar orang yang telah diyakinkan itu melakukan apa yang telah diyakininya sesuai dengan kehendak orang yang melakukan persuasi itu.
Sumber kekuasaan
            Pada masa sebelum Plato, ada cukup banyak orang yang berpendapat bahwa sumber kekuasaan itu ialah dewa. Kemudian ada lagi orang yang begitu mendewakan harta milik dan kekayaan. Selain itu, ada juga orang yang menempatkan pangkat, kedudukan, atau jabatan di atas segala-galanya, sehingga cukup masuk akal apabila ada orang yang mengatakan bahwa sumber kekuasaan itu adalah pangkat, kedudukan, atau jabatan.
            Bagi Plato, sumber kekuasaan itu bukan pangkat, kedudukan atau jabatan, juga bukan harta milik dan kekayaan dan bukan pula dewa atau apapun yang dianggap ilahi. Plato menobatkan filsafat atau ilmu pengetahuan menjadi yang mulia yang harus duduk di atas tahta pemerintahan negara ideal karena hanya pengetahuanlah yang dapat membimbing dan menuntun manusia datang pada pengenalan yang benar akan segala sesuatu yang ada dalam keberadaannya yang sempurna di dunia ide. Jika pengetahuan menduduki tempat yang terutama dan memegang peranan terpenting maka pada tempatnyalah apabila dikatakan bahwa pengetahuan itulah yang menjadi sumber kekuasaan.
Penyelenggaraan Kekuasaan
            Plato mengatakan: Para penguasa diamanatkan Tuhan pertama-tama dan terutama agar mereka menjadi penjaga yang baik sebaik seperti terhadap anak mereka sendiri. Para penguasa wajib merawat, memelihara, mengasuh, membina, mendidik,mengarahkan, dan melindungi setiap warga Negara dengan penuh perhatian, penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Terlihat bahwa penyelenggaraan kekuasaan yang dikehendaki oleh Plato dalam negara idealnya bukanlah dengan paksaan atau kekerasan. Hanya dalam keadaan darurat, paksaan atau kekerasan boleh digunakan, tetapi dalam keadaan yang biasa dan normal, penyelenggaraan kekuasaan itu haruslah dilakukan dengan persuasi.


KEBEBASAN
Negara Ideal Plato Tanpa Kebebasan
Kebebasan berpolitik dalam negara memiliki dua pengertian yang pertama jika dilihat dari sudut pandang kebebasan si penguasa, yakni pemerintah yang berarti kesempatan untuk melaksanakan dan menyelenggarakan kekuasaan politik yang dimiliki nya dan yang berikutnya adalah kebebasan yang dilihat dari yang dikuasai atau rakyat, yang berarti adanya ruang gerak yang lebih leluasa untuk berbicara, menyatakan pendapat dan sikap serta berbuat sesuatu. Jika kebebasan rakyat makin besar maka kebebasan pemerintah makin sempit dan sebaliknya kebebasan pemerintah makin besar maka kebebasan rakyat menyempit. Jika kebebasan pemerintah yang terlampau besar untuk menyelenggarakan kekuasaan politik untuk dan atas nama negara maka dengan demikian sesungguhnya negara memiliki kekuasaan mutlak dan negara itu akan menjadi negara totaliter. Dan rakyat hanya mnjadi abdi negara sehingga tak dapat leluasa dalam negara itu sendiri.
Namun  konsep negara ideal tanpa kebebasan menurut Plato mirip dengan konsep negara totaliter tapi tidak serupa. Ketika plato mengemukakan asal mula negara bahwa negara itu berdiri karena adanya kebutuhan manusia yang tak dapat terpenuhi, namun dapat terpenuhi jika manusia itu bersatu dan bekerja sama di tepat tertentu yang kemudia menjadi wilayah negara. Dengan kesatuan mereka ada upaya dalam memenuhi kebutuhan mereka dengan demikian disana orang-orang yang bersatu itu bukan budak seperti yang di kehendaki negara totaliter. Adapaun tujuan, tugas dan fungsi negara adalah untuk kesenangan, kebahagiaan, dan kesejahteraan manusia yang menjadi warganya dengan demikian mari buang jauh-jauh pemikiran bahwa apa yang dibahas plato ini adalah cita-cita membentuk negara totaliter. Namun adapun kebebasan yang dibatasi dalam konsep Plato yang akan ditampilkan dalam pembahasan ini.
Ø  Kebebasan yang tak beradab
Plato hidup pada masa Yunani khususnya Athena yang mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat kekacauan politik yang terjadi. Kekacauan yang terjadi di zaman Plato itu dia melihat semuanya akibat kebebasan individual yang terlalu besar. Menurut Plato, demokrasi memberi tempat yang terlalu besar bagi kebebasan individual bukanlah bentuk idaman, kebebasan yang berlebihan seperti itulah yang membawa bencana bagi negara dan warganya, karena kebebasan demikian akan melahirkan anarki, dan dari anarkilah tirani tercipta. Demi persamaan derajat demokrasi membuat negara penuh sesak dengan kebebasan yang mengakibatkan runtuhnya norma hidup dan standard moralitas. Dan inilah yang diistilahkan oleh plato sebagai kebebasan ekstrim.
Ø  Kebebasan yang beradab
Kebebasan yang mendapat tempat dalam negara ideal adalah kebebasan yang beradab, atau diistilahkan Plato sebagai kebebasan yang benar. Negara ideal adalah negara yang dibentuk oleh orang-orang yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang beraneka-ragam  dan yang membentuk negara itu adalah orang-orang bebas. Kebebasan menjadi dasar dari negara ideal, dengan kebebasan mereka menyetujui membentuk negara dan atas dasar persetujuan dan kehendak bebas mereka menyerahkan diri untuk diperintah oleh pemerintah oleh sebab itu penguasa tidak boleh melampaui batas kekuasaannya dan memperkosa kebebasan yang justru menjadi dasar pemerintahannya. Melihat negara memilki tujuan, tugas, dan fungsi sebagai satu wadah dimana antara satu dan yang lain yang ada di dalam nya saling melayani dalam mencukupi keinginan dan kebutuhan. Negara harus berupaya untuk hal ini, setiap warga harus saling melakukan tugas nya sesuai bakatnya dalam rangka saling melayani. Dengan demikian mereka yang memiliki bakat dan yang terpanggil dalam satu bidang tertentu akan berusaha meningkatkan mutu hasil karyanya agar disukai dan disenangi orang membutuhkannya dengan itu lahirlah tangan-tangan ahli yang trampil dibidang mereka masing-masing. Manusia dinilai dari hasil karya mereka itu sendiri dan mereka secara otomatis akan terpacu untuk mengahsilakan yang terbaik dan penuh tanggung jawab. Jadi kebebasan yang beradab yang dimaksud adalah kebebasan yang dikontrol oleh negara. Negara mengontrol rakyatnya agar menghasilkan yang terbaik sebagai kegiatan pelayanan antara satu dan yang lain dalam mencukupi keinginan dan kebutuhan sesama dengan bertanggung jawab. Negara memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap orang untuk mengembangkan diri  menjadi warga negara yang ideal. Seseorang dinilai berhasil menggunakan kebebasan nya dalam mengembangkan dirinya apabila bagian rasional jiwanya sanggup mengendalikan bagian-bagian jiwa lainnya tanpa harus membuang keinginan-keinginan alamiah. Menunjuk pada keserasian jiwa yang menghasilakan hidup dalam kebajikan, kebaikan dan keadilan. Kebebasan mengembangkan diri adalah kebebasan yang membentuk negara ideal itu, yang didalamnya terdapat manusia yang telah berhasil mengembangkan diri nya, menggunakan dengan baik kebebasannya itu sehingga yang ada dalam negara itu adalah kebajikan, kebaikan dan keadilan.
PENDIDIKAN
Arti dan Peran Pendidikan Dalam Negara Ideal
Dalam konsep negara ideal Plato, pendidikan mendapat tempat yang paling utama, dan perhatian paling khusus dan istimewa, bahkan dikatakan pendidikan adalah tugas dan panggilan yang sangat mulia yang deselenggarakan oleh negara.
Sedikit mengulas kembali kehidupan Plato ditengah carut marut kehidupan pemerintahan athena yang dari demokrasi menuju ke anarki, norma-norma hidup dan standar moralirtas semakin kehilangan tempat diengah kehidupan, penguasa yang korup, membuat kebajikan, kebaikan, dan keadilan,  tidak mungkin tercapai. Dan dalam kebobrokan ini tatanan masyarakat tidak dapat diperbaiki lagi selain dengan Pendidikan. Penddikan adalah merupakan satu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan manusia bisa menjadi manusia seutuhnya, yakni manusia yang berhasil menggapai keutamaan atau moralitas jiwa dengan mengubah secara total sifat, perilaku, tindakan, danperbuatannya sehingga manusia itu menjadi baru.
Peran pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui, dengan pembebasan dan pembaharuan manusi menjadi utuh, dan akan mencapai ide Plato mengenai Kebajikan, kebaikan, dan keadilan. Pendidikan dalam konsep negara ideal harus lah dilaksanakan oleh pemerintah, dan kemudian ada satu kemajuan dan mungkin saja inilah awal pendidikan diprogramkan. Ide Plato bahwa pendidikan itu harus diprogramkan agar dapat mencapai sasaran yang diidamkan. Demi mncapai sasaran yang diidamkan maka dari pemerintah harus mengadakan propaganda dan sensor. Propaganda perlu untuk menanamkan motivasi, semangat patriotisme, loyalitas, kebersamaan, dan kesatuan serta cinta akan kebaikan dan keadilan. Sensor diperlukan untuk menyaring segala ajaran agar hanya yang baik, yang berguna, yang benar-benar dibutuhkan yang mendapat persetujuan pemerintah untuk boleh disebarluaskan.
Dalam mencapai cita-cita negara ideal Plato bahkan telah merencanakan dan memprogramkan bagaiman pendidikan iu dijalankan (konteks Athena saat itu), namun perogram pendidkan ini diperuntukan untuk golongan penjaga yang berpotensi menjadi pemimpin biarlah nantinya akan tercipta pemerintahan dengan pemimpin-pemimpin yang baik.  Plato pun merencanakan program pendidikan dan kemudian kelompok belajar itu dibagi dalam tiga tahap atau kelas.
1.      Tahap Pertama kisaran umur teruna hingga 20 tahun
Pelajaran yang diberikan ada dau pokok bagian yakni musik dan gymnastic. Istilah musik itu sendiri meliputi puisi, kesusastraan, kesenian, musik sendiri dan segala sesuatu yang bersifat intelektualitas. Dimulai dengan menceritakan perumpamaan-perumpamaan yang telah melewati sensor terlebih dahulu agar tidak memupuk sifat atau mungkin pemikiran buruk yang dididik. Sensor yang dilakukan bukan hanya untuk karya sastra kini, tapi yang masa silam dan yang hendak terbit pun harus di sensor.  Pelajaran musik akan berakhir dan dikatakan baik jika dapat mendidik yang dididik mejadi orang yang mencintai keindahan
Gymnastic dimulai setelah pelajaran music selesai  dimana mendidik fisik, menjadi kuat dan berani namun bukan hanya sampai pada itu, namuan juga dengan pendidiakn jasmani dapat mendidik manusia menjadi lebih sederhana,sportif, jujur, sopan, dan yang sanggup mengendalikan diri. Adapun untuk masuk ketahap selanjutnya ad ujian nya juga.
2.      Tahap Kedua umur 20 lama pendidikan 10 tahun
Dalam tahap ke dua klas akan beralih mempelajari ilmu-ilmu eksakta  seperti geometri, astronomi, matematika dan lainya palto juga menekankan cara atau metode mengajar dengan permainan, simulasi, main peran. Pelajaran seperti ini diperlukan untuk kebutuhan profesional dan juga latihan kemampuan intelektual, agar manusia mencapai kebenaran sejati. Lewat cara berpikir yang terlatih dan sistematis manusia dapat merenung apa yang sesungguhnya dan dapat mengantar pada ide kebaikan, kebajikan, dan keadilan.
3.      Tahap ketiga umur 30 tahun lama pendidikan 5 tahun
Mengajarkan tentang dialektika yang adalah puncak dari semua pelajaran itu, yang lolos ke tahap ketiga adalah mereka yang memilki kemampuan untuk melepaskan diri dari belenggu dan ikatan dari realitas yang ada di dunia indrawi dan beralih kedunia relitas sejati. Dengan pengetahuan yang dimiliki maka dengan demikian mereka akan sanggup meraih kebjikan, kebaikan, dan keadilan. Seperti yang kita ketahui tadi bahwa ini adalah pendidikan bagi bakan calon-calon pemimpin, oleh karena itu setelah selesai tahap ini mereka dapat belajar memimpin namun masih dibimbing pemimpin-pemimpin berpengalaman. Bimbingan 15 tahun setelah itu barulah bisa turut serta dalam pemerintah negara. Itulah mereka yang memilki karakter yang terpuji dan memilki moralitas yang tinggi.
AGAMA
Plato berpendapat bahwa Allah itu baik,Karena bagi Plato tidak mungkin Allah itu saling menipu,kejam,kasar,saling berkhianat,senang beretengkar,rakus,licik,sering mempermainkan cinta,saling membenci,pemberontak dan bagaikan anak-anak nakal yang gemar saling mengganggu dan suka menarik perhatian.Plato juga menolak pandangan yang mengatakan bahwa Tuhan adalah penyebab kejahatan,itulah sebabnya Plato merasa amat penting badan sensor yang ketat,semua ajaran yang merendahkanmartabat para Allah dapat dilenyapkan dari Negara Ideal.
Sesuatu yang disebut allah itu pasti baik.Karena Allah itu baik,maka tentu saja ia adalah penyebab segala kebaikan.Tidak mungkin Tuhan itu menjadi penyebab yang buruk.Oleh sebab itu harus dikatakan bahwa Tuhan bukan penyebab segala sesuatu kecuali kebaikan.Plato juga mengatakan bahwa Tuhan itu bukanlah penyihir yang suka mengubah-ubah bentuk untuk menipu orang lain agar percaya kepadanya.Tuhan itu sempurna sehingga ia tidak perlu berubah-ubah ataupun bergerak,sebab apabila ia berubah dan bergerak maka itu justru bahwa ia tidak sempurna.
Allah adalah penyebab segala kebaikan yang pasti ia tidak berdusta maupun menipu,karena tidak ada cukup alasan baginya untuk berdusta atau menipu.Oeh karena itu Plato menegaskan  bahwa Tuhan itu bersahaja dan benar didalam kata dan perbuatan,dan tak mengubah dirinya sendiri ataupun menipu.
Plato mengatakan bahwa tidak pantas mengatakan Tuhan itu rakus dan oleh sebab itu Tuhan tidak mungkin dapat disuap dengan pemberian apapun.
Menurut Plato ada dua kemungkinan bagi para Allah : berada dalam dunia Inderawi atau berada di dunia ide.
1.      Dunia Inderawi : apabila berada dalam dunia Inderawi,maka pastilah mereka itu tidak abadi karena segala sesuatu yang berada dalam dunia inderawi ini akan mengalami perubahan yang terus-menerus dan senantiasa bergerak.
2.      Dunia ide : apabila berada pada dunia ide, maka pastilah mereka abadi, tak berubah-ubah, dan tak bergerak. Karena hanya di dunia idelah semua itu abadi,tak berubah dan tidak bergerak.

AGAMA DAN NEGARA
            Ulasan Plato tentang Allah yang memakan tempat yang cukup banyak di dalam Republic, namun dalam Negara idealnya ternyata hanya memperoleh tempat yang amat sedikit. Agama tradisional hanya berguna untuk pendidikan tahap pertama dan tempatnya ialah diawal mata pelajaran musik. Cerita-cerita tentang Allah disampaikan pada para siswa lewat cerita dongeng perumpamaan (fables) dalam puisi yang indah. Tujuan pembelajaran itu ialah untuk menanamkan rasa keindahan dan cinta kebaikan serta semangat perjuangan dan keberanian. Itulah sebabnya semua dongeng perumpamaan dan syair yang tidak mendukung tercapainya tujuan pelajaran tersebut diatas harus dienyahkan dan disingkirkan.
            Agar tujuan pelajaran itu berhasil dicapai dengan baik, Plato mendorong para pendidik untuk menciptakan dongeng perumpamaan yang walaupun menga ndung kebohongan, asal masuk akal dan menunjang tercapainya tujuan pelajaran, tak perlu dirisaukan. Plato mengatakan bahwa kebohongan yang bermanfaat bagi pendidikan bukanlah sebuah kejahatan. Bahkan seluruh dongeng perumpamaan tentang Allah dalam pemahaman yang tradisional yang ditempatkan diawal pembelajaran music itu menurut plato hanyalah impian belaka. Walaupun hanya impian namun karena bermanfaat, maka iah harus tetap digunakan. Pendidikan agama tradisional itu bagi Plato merupakan study pra ilmiah (presientific study) yang berguna hanya untuk jangka waktu yang sangat terbatas.
 HARTA MILIK
BAHAYA KEKAYAAN
            Plato benar-benar menyadari betapa besarnya bahaya yang terkandung pada kekuasaan dan kelobaan terhadap kekayaan harta. Sebab itu untuk mencegah segala sesuatu yang buruk yang berkenan dengan kekayaan harta itu, maka semua warga Negara ideal teristimewa mereka yang tergolong dalam golongan penjaga, harus dilengkapi dengan usaha-usaha perlindungan (safeguard) yang paling ampuh, agar mereka tetap berdiri dengan teguh menghadapi segala godaan yang sangat menggiurkannya. Upaya Plato yang terutama bertujuan pada golongan penjaga, karena dengan kekuasaan mereka juga berpontensi untuk membuat suatu Negara dapat jatuh ataupun berkembang. Sehingga apabila para penguasa bersih dan baik maka dengan sendirinya warga yang dipimpin juga bisa menjadi baik.
            Pendidikan merupakan usaha yang ampuh dan amat perlu diberikan kepada golongan penjaga. Tetapi perlu juga cara lain yang berjalan bersama pendidikan yang tepat dan baik agar dapat mencegah penyimpangan yang bisa timbul di dalam sebuah Negara yang ideal.
KOMUNISME PLATO
            Untuk menghindari bahaya diatas, menurut Plato pemilik harta harus diatur dengan sebaik-baiknya. Pengaturan pemilik harta yang pertama-tama dan terutama harus dilaksanakan pada kelas pembantu yaitu militer, karena mereka termaksud dalam golongan penjaga namun pendidikan yang diterima tidak setinggi para pembimbing. Sehingga mereka lebih mudah tergiur akan godaan dan pencobaan. Bagi militer mereka tidak boleh memiliki harta milik pribadi, selain kebutuhan  pokok yang merupakan kebutuhan sehari-hari.
            Hanya golongan pembantu atau militer dalam Negara yang tidak boleh berurusan dengan emas dan perak, atau menyentuh, berada seatap, memakai emas, ataupun minum dari perak dan emas. Dengan cara ini mereka dapat terhindar dari masalah dan dapat menyelamatkan Negara.
            Semua warga militer harus tinggal diasrama yang disediakan oleh Negara disitulah mereka melakukan semua kegiatan dan menjalani hidup bersama-sama. Mereka makan dan minum bersama-sama dan segala sesuatu dimiliki bersama-sama. Segala keperluan dan kebutuhan disediakan oleh golongan penghasil sebagai upah menjaga Negara. Mereka tidak boleh kekurangan tapi tidak boleh juga berkelebihan. Kehidupan para militer harus diatur dengan ketat dan bijaksana.
Bagi kelas penghasil atau golongan karya,mereka boleh memiliki harta milik pribadi tapi tidak boleh menjadi kaya karena dapat membuat mereka malas dan berhenti melakukan sesuatu yang baik. Oleh karena itu Plato menekankan warga tidak boleh kaya tapi tidak boleh juga miskin. Dari ini kita dapat menyimpulkan bahwa komunisme plato adalah komunisme terbatas.
GELOMBANG PEMIKIRAN PLATO
            Pemikiran plato untuk membangun sebuah Negara yang bebas dari kebobrokan, kekacauan, dan kebejatan bukanlah sebuah pemikiran yang baru. Semuanya itu merupakan pengalaman dan pengetahuannya selama hidup yang diolah oleh otak yang cerdas sehingga menghasilkan sebuah ulasan, teori, pandangan dan pendapat yang disertai argument yang sukar dibantah.
Menurut Plato ada buah pikiran yang jelas dan mudah dicerna, sehingga dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Tetapi juga terdapat buah pikiran yang memerlukan waktu dan focus dalam pemikiran untuk dapat mencerna dan memahami dengan baik. Selain itu Plato juga sudah memperkirakan buah pikiran yang belum pernah ada yang sebelumnya telah diperkirakan olehnya akan mengejutkan atau mengguncang banyak orang, bagai gelombang dilaut, sanggup menggoncangan kapal yang besar sekalipun. Dari inilah pemikiran Plato disebut Gelombang pemikiran. Gelombang pemikiran ini benar-benar mengguncang karena bukan hanya menyimpang dari fakta yang sudah umum tapi juga bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan yang sudah berlaku.
Ø  GELOMBANG PERTAMA (The First Wave)
            Menurut Plato pria dan wanita itu sama, sama-sama mempunyai hak yang sama, terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Pemikiran ini sangat bertentangan dengan tradisi waktu itu yang harus membedakan pria dan wanita. Menurut Plato wanita dapat berperan dalam setiap kegiatan manusia, sama dan seimbang dengan pria. Jika wanita diharuskan berperan yang sama dengan pria maka wanita juga harus diikutsertakan dalam kepemimpinan Negara. Plato menegaskan wanita dan pria memiliki sifat dasar yang sama dalam menjaga Negara, itulah sebabnya dalam Negara ideal wanita tidak boleh dibedakan dengan pria.
            Menurut Plato jika wanita diwajibkan untuk melakukan semua peranan pria maka wanita juga harus mendapatkan pendidikan yang setingkat dengan pria. Tetapi perlu diketahui bahwa perjuangan Plato untuk menyetarakan wanita dan pria seperti yang diperjuangkan oleh emansipasi wanitayang muncul pada abad ke Sembilan belas, tetapi motivasinya berbeda. Ia melihat tenaga kerja wanita yang tidak dimanfaatkan dan disia-siakan, sedangkan pria harus banting tulang bagi keluarga dan Negara.
Ø  GELOMBANG KEDUA (The Second Wave)
            Pada tahap ini  muncul gagasan agar dihapuskan perkawinan dan keluarga untuk membentuk satu keluaga besar yaitu Negara, sehingga semua orang “bersaudara dalam negara”. Menurut Plato seorang pria tidak beristri sehingga setiap pria milik semua wanita dan setiap wanita milik semua pria dan juga anak untuk semua orang tua agar tidak seorangpun mengetahui siapa anaknya dan anak tidak mengetahui siapa orang tuanya.
            Bagi kita yang hidup pada waktu sekarang gagasan diatas merendahkan martabat manusia, dan juga merupakan pemerkosaan terhadap hak-hak asasi manusia. Tetapi mungkin Plato belum menyadari hal itu, atau mungkin pertimbangan ini harus dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang ingin dituju.
Adapun maksud dan tujuan gagasan ini untuk membuat sebuah Negara yang merupakan satu keluarga, maka keutuhan dan kesatuan Negara terjamin dan terpelihara dengan ikatan persaudaraan yang kokoh.
            Maksud dan tujuan kedua ialah meningkatkan loyalitas dan dedikasi kepada Negara. Jika gagasan itu dilakukan maka tidak ada lagi orang yang direpotkan dengan segala urusan untuk keperluan keluarga. Plato berkata, apabila seorang dibebaskan dari ikatan perkawinan dan keluarga, loyalitas dan pengabdian kepada Negara dapat terarah sepenuhnya demi kepentingan Negara. Tetapi jika sebaliknya karena cinta kepada keluarganya maka loyalitas dan pengabdian demi kepentingan kepada Negara dinomorduakan. Bagi plato itu merupakan bentuk egoisme yang perlu dikikis habis. Sehingga cara satu-satunya adalah menghapus ikatan perkawinan dan keluarga.
            Maksud dan tujuan yang ketiga adalah pengendalian jumlah penduduk. Menurut Plato Negara ideal tidak boleh mempunyai jumlah penduduk yang terlalu besar tetapi juga tidak boleh terlalu kecil. Jumlah penduduk yang terlalu besar akan menimbulkan ketidakseimbangan kesejahteraan penduduk sendiri dan dapat mengganggu kestabilan politik, sedangkan jumlah yang terlalu sedikit tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan mudah dukalahkan jika diserbu oleh musuh. Sehingga dengan menghapuskan ikatan perkawinan dan keluarga maka Negara dapat dengan mudah mengatur dan mengendalikan jumlah penduduk yang diperlukan.
            Maksud dan tujuan yang kelima adalah meningkatkan kualitas manusia. Negara yang ideal harus mempunyai pemimpin yang istimewa yang mempunyai kemampuan intelektual yang tinggi dan karakter serta moral yang terpuji. Bila perlu semua warga memdapatkan pendidikan yang stara tanpa kecuali sehingga setiap warga Negara mempunyai intelektual yang tinggi dan berkualitas, sehingga dapat terhindar dari tindakan yang tidak terpuji oleh manusia yang tidak berkualitas.
            Yang terakhir, maksud dan tujuan yang kelima adalah untuk mendukung dan memperlancar pelaksanaan gagasan tentang komunisme yang menghendaki penghapusan kepemilikan harta  milik pribadi. Dengan dihapuskan ikatan perkawinan dan keluarga maka pertikaian untuk mempertahankan harta milik pribadi keluarga juga dapat terhindar karena semuanya milik bersama. Sehingga semuanya itu harus dihapuskan baik perkwinan, keluarga dan kepemilikan harta pribadi.
Ø  GELOMBANG KETIGA (The Third Wave)
            Gagasan mengenai filsuf-raja. Menurut Plato para raja di Negara ideal adalah para filsuf. Jika kekuasaan dan kecerdasan serta pengetahuan yang tinggi menyatu ditangan para cendikiawan, barulah Negara akan dapat dipimpin dengan hikmat dan arif. ”Filsuf adalah pecinta kebijaksanaan” oleh sebab itu hanya para filsuflah yang menggenggam kabijaksanaan sejati, sehingga para filsuflah yang pantas memimpin sbuah Negara yang ideal. Plato merasa yakin bahwa hanya para filsuflah yang dapat memimpin Negara karena mempunyai pengetahuan yang amat tinggi, sedangkan barangsiapa yang mempunyai pengetahuan, ia memiliki kekuasaan sebab “pengetahuan  adalah kekuasaan.
            Selain memiliki pengetahuan yang tinggi, kebijaksanaan dan juga kearifan para filsuf juga menunjukan sifat dan moralitas mereka yang amat terpuji. Ada 7 sifat yang dimiliki oleh para filsuf, antara lain sebagai berikut :
1.      Penggemar pengetahuan. kebijaksanaan akan didapatkan apabila kita mempunyai pengetahuan, karena dengan pengetahuan maka kita dapat menatap kebenaran sejati dan bukan hanya mengembara tanpa arah antara batas hidup dari lahir sampai kematian.
2.      Penggemar  semua yang mulia. Semua tujuan dari orang yang bijaksana pastilah mulia. Itu berarti semua tindakan dan perbuatan orang-orang tersebut senantiasa terarah kepada sesuatu yang baik dan yang pasti juga terarah pada tujuan yang mulia.
3.      Hidup dalam cinta kasih. Mereka yang hidup dalam cinta kasih tidak membenci apalagi mendemdam. Karena dengan cinta kasihlah yang menjaga dan memelihara keutuhan dan kesatuan yang dibutuhkan dalam bernegara.
4.      Mencintai kebenaran. Orang yang bijaksana akan selalu melakukan dan mengatakan kebenaran. Mereka akan menjahui kebohongan, kemunafikan, dan juga kepura-puraan dan melakukan apapun untuk menegakan kebenaran.
5.      Mengejar kesenangan dan kebahagiaan jiwa atau rohani,bukan mengejar kesenangan dan kenikmatan jasmani. Manurut Plato jiwa itulah yang abadi sehingga kesenangan jiwa yang terutama dan terpenting.
6.      Dapat mengendalikan diri. Para pecinta kebijaksanaan sejati adalah orang-orang yang dapat mengendalikan diri dan bukan pecinta uang. Pengendalian diri adalah kekuatan dan kesanggupan mereka yang berpengetahuan tinggi karena mereka mengenal norma-norma dan nilai-nilai hidup. Sehingga mereka dapat memperoleh moral yang terpuji.
7.      Jauh dari sifat picik dan jahat.  Mereka menghargai kehidupan namun tidak takut mati. Mereka hidup tertip, tidak iri hati, tidak licik, tidak pengecut, bukan penipu, bukan orang-orang yang tidak adil, ramah kepada setiap orang, dan tidak kejam atau biadap. Orang-orang seperti inilah yang diangkat menjadi deorang pemimping Negara.
PENUTUP

            Gagasan tentang Negara ideal dengan filsuf-raja sebagaimana yang dipaparkan oleh didalam Republic sesungguhnya diciptakan Plato bukan untuk digunakan untuk sebagai pedoman praktis, tetapi semata-mata merupakan suatu ideal, suatu idaman, atau cita-cita yang merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan kemana suatu Negara akan atau hendak digiring atau dituju, bukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana mengurus atau mengatur Negara tersebut, kendatipun disana-sini dijumpai petunjuk-petunjuk atau pedoman-pedoman praktis bagi para penguasa atau pendidik untuk menjalankan sebuah Negara.