FILSAFAT POLITIK PLATO
Ringkasan Buku
FILSAFAT POLITIK PLATO
Oleh: Rendra A. Christianto
Yunani
Purba
Geografis
Yunani terletak di sebelah tenggara
benua Eropa. Apabila kita membuka peta Yunani modern modern, maka terlihat
bahwa Yunani berbatasan dengan Albania, Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki. Yunani
terdiri dari ujung tenggara benua Eropa, kepulauan Ionia, dan sebagian
kepulauan Aegea. Di sebelah barat terbentang laut Ionia, di sebelah selatan
laut tengah dan di sebelah timur laut Aegea.
Iklim di Yunani berbeda-beda di
berbagai tempat. Di bagian utara, pada musim dingin amat dingin dan pada musim
panas amat panas. Di daerah pegunungan pada umumnya musim dingin lebih lama
daripada di tanahh datar dekat pantai. Di semenanjung Peloponesos dan di
kepulauan biasanya musim dingin tidak terlalu lama dan tidak terlalu dingin,
sebaliknya musim panas sangat lama dan kering. Di sebelah barat lebih sering
hujan daripada di sebelah timur, oleh sebab itu korfu lebih hijau daripada
khios. Umumnya Yunani jarang turun hujan kecuali pada musim dingin. Pada musim
panas udara sangat jernih dan langit pun sangat bersih, biru bagaikan kristal
biru.
Kondisi tanah di Yunani tidak begitu
bersahabat dengan manusia, karena selain terlalu banyak gunung, juga tidak
subur untuk bercocok tanam. Keadaan alam yang tidak terlalu ramah itulah yang
telah mendorong banyak orang Yunani sejak dahulu kala pindah ke daerah lain
yang lebih memberi harapan untuk hidup.
Asal usul
Asal usul mereka tidak dapat diketahui
dengan pasti. Semula para ahli sejarah menduga mereka berasal dari dataran
tinggi pamir, kemudian ada yang mengatakan berasal dari Siberia, bahkan ada
yang mengatakan berasal dari tanah datar Jerman-Polandia, sehingga ada istilah
dengan nama Indo-Jerman; namun besar kemungkinan yang benar ialah, mereka sudah
sejak lama hidup secara nomadis di antara sungai Dnpr dan Volga di sebelah
selatan Rusia.
Pada saat rumpun suku-suku bangsa yang
ingin menguasai wilayah di bawah hukum rimba, maka sejak saat itu, Yunani
didiami oleh empat suku Hellenes, yaitu: suku Achaea, Aeolia, Ionia (yang
merupakan asal nama Yunani) dan, Doria. Dalam sejarah Yunani purba, suku-suku
nbangsa itu pecah dan terpisah satu sama lainnya, bahkan saling sering serang
dan membunuh. Namun jika terdapat gangguan dari bangsa lain, mereka segersa
bersatu untuk menghadapi ancaman tersebut.
Pengaruh peradaban timur
Seni sastra dan filsafat yangh bersemi di Yunani purba merupakan fajar
peradaban modern dunia barat yang dianggap telah berhasil membawa manusia ke
gerbang dunia impian yang begitu didambakan selama berabad-abad lamanya. Pada
saat suku bangsa Hellenes memasuki tanah Yunani, sesungguhnya mereka masih
pengembara kasar yang belum mengenal peradaban.
Karena orang Yunani bekas bangsa pengembara
maka walaupun mereka telah memperoleh tempat tinggal yang tetap, terlebih
keadaan alam yang tidak mendukung, membuat banyak orang dari mereka yang gemar
merantau, terkhusus ke dunia timur yang pada masa itu telah memiliki peradaban
dan kebudayaan yang tinggi. Perantauan itu telah berhasil memperkaya peradaban
dan kebudayaan Yunani dengan macam ilmu dan pengetahuan dari timur.
Sejarah punya bukti bahwa baik Timur
maupun Barat sama-sama telah berperan aktif dan positif dalam pembangunan
peradaban dunia. Sehingga betapa indahnya apabila semua bangsa dapat “berdiri
sama tinggi dan duduk sama rendah”.
Kebudayaan
Kebudayaan
Yunani berawal dari pula kreta, suatu pulau terbesar di Yunani. Pada umumnya
kota-kota di Kreta dibangun dengan baik, jalanan dibuat lurus dan rata. Sekitar
abad 30-20 SM orang-orang kreta memiliki keahlian menempa dan mengecor besi,
oleh karena itu sudah mampu memproduksi alat-alat perang dan logam. Baru pada
abad ke 20-16 budaya dari Kreta mencapai kejayaan nya. Mereka mampu membangun
istana yang megah, indah dan kokoh disertai dengan likusan pada dinding, serta
dpahat dan di hias dengan warna.
Sekitar abad yang ke 15 SM kejayaan
Kreta berakhir. Ada banyak spekulasi keruntuhan Kreta antara lain karena
terjadinya gempa bumi, karena krisis ekonomi, dan karena daerah-daerah koloni
telah melepaskan diri dari induknya. Tetapi yang pasti ialah terjadintya
penjajahan suku-suku bansa Hellens yang akhirnya menaklukan seluruh Yunani. Dalam
bidang seni sastra, kitab Iliad dan Odysse karya Homeros, sekitar abad ke 8
merupakan karya sastra Yunani yang tertua. Dalam bidang seni bangunan, sejak
abad ke 8 SM tercipta arsitektur gaya Lonia dan gaya Doria. Kuil Herakles dan
Zeus di daerah koloni Italia selatan, kuil Arthemis di Efersus dan kuil Apollo
di Milete. Dalam bidang olahraga, sejak abad ke 8 SM diselenggarakan
pertandingan olah raga yang disebut Olympiade. Untuk menghormati dewa Zeus
Agama
Orang Yunani menyembah banyak dewa
(polytheisme), akan tetapi agama Yunani ini banyak di kecam oleh filusf,
seperti Scorates dan Plato. Mereka mengecam yang dilakukan oleh orang Yunani
bagi agama pada umunya tidak meraih penghargaan yang tinggi. Prestasi mereka
dalam bidang agama tidak penting dan tak cukup berarti.
Negara-Negara kota
Yunani dibagi menjadi berbagai
negara-negara bagian, karena ada suatu perang yang terkenal sehingga membuat
Yunani terbagi menjadi negara-negara bagian yaitu perang Peloponesos yang
berlangsung sekitar 431-404 SM antara Athena dan Sparta. Sehingga efek dari
perang tersebut, teristimewa yang dialami, oleh negara Athena.
Bab
3
Athena
Athena terletak di sebelah tenggara
Yunani daratan, di bangun di sekitar Akropolis. Athena beriklim sedang dan
kering, berasuhu rata-rata sekitar tujuh derajat celcius pada musim panas. Kota
Athena memiliki ladang yang luas di sekeliling kotanya. Bercocok tanam adalah
mata pencaharian yang di hormati bagi orang Athena. Yang menjadikan Athena
makmur adalah pertambangan perak di Laurium yang mulai diusahakan sejak awal
abad ke 5 SM menghasilkan perak yang berlimpah-limpah.
Sparta
Sparta adalah : sebuah kota yang terletak di
Lembah Eurotas di bagian selatan Peloponesos. Letaknya di kelilingi oleh gunung
yang kokoh bagai benteng yang abadi serta beriklim sedang. Orang-orang Sparta
adalah suku Doria yang masuk kesemenanjung Yunani pada tahun 1200 SM orang
–orang Doria menaklukan suku bangsa Yunani yang terlebih dulu bermukim di
yunani.Suku bangsa yunani di taklukkan oleh suku Doria dan mereka di jadikan budak
dengan sebutan Helots dengan jumlah 2kali lipat lebih besar
dari suku Doria.Warga negara Sparta berjumlah
25.000 jiwa sedang jumlah helot 500.000 jiwa . Ada orang yunani yang
bukan orang Sparta sehingga tidak di
jadikan budak dan mereka bebas dari
negara Sparta. Meskipun mereka bebas tetapi mereka tidak di berikan hak untuk
menjadi warga negara Sparta. Sebutan
mereka ‘’Perioeci’’ dan jumlah tidak di ketahui dengan pasti. Warga negara
Sparta tidak berhak memiliki tanah yang luas melebihi jatah yang telah di
tentukan oleh penguasa kecuali mereka bangsawan. Yang
menggarap tanah ialah hanya para budak ,hasilnya di serahkan oleh
para pemilik tanah,mereka hanya
mendapatkan bagian kecil saja sehingga sering kali tidak mencukupi untuk
kebutuhan keluarganya. Maka para budak sering menimbulkan pemberontakan dengan
penguasa dengan resmi di umumkan untuk
berperang setahun sekali. Warga Sparta harus mencukupi kebutuhan keluarga dan
harus membayar pajak kepada pemerintah dari hasil tanah mereka. Bagi mereka yang
tidak membayar pajak maka akan kehilangan haknya sebagai waraganegara dan kehilangan tanah miliknya Pertumbuhan warga Sparta cukup terkendali
tetapi untuk budak –budak pertumbuhan ini tidak dapat di kendali sehingga
mencapai dua puluh kali lipat .
Latar belakang historis
Sparta
adalah sebuah kota tua pada zaman Mycena (1600-1200SM) yang merupakan sebuah
kota di semenanjung Peloponesos. Perang Troya dimulai dari Sparta karena
Spatralah Helen istri Raja Menelaos di
culik oleh paris sehingga menyebabkan
oerang Troya. Pada tahun 800 Sm muncul tokoh yang bernama Lycurgus. Ia menyusun
konstitusi Sparta yang bersifat aristokratis militer dengan dua orang raja satu
dewan tua-tua dan dewan rakyat. Tujuan untuk membangun suatu negara yang kuat
,kehidupan warga negaranya diatur dan di kendalikan oleh negara. Lycurgus
sebenarnya membuat konstitusi agar warga Sparta dapat berjanji dan tidak
mengubah sesuatu yang sudah di susunnya,
meskipun sudah di hapuskan tetapi mereka harus
dapat berjanji pada diri sendiri meskipun mereka berada di luar
negeri.Lycurgus adalah seorang putra raja Agis I. Tahun 743 SM menakklukan
Messenia yang memiliki daerah yang subur yang terletak barat gunung Taygetus.
Pada abad 6 SM kekuasaan Sparta semakin meluas sampai ke semenanjung
Peloponesos ketika ia menaklukan arcadia.
Pada abad ke 5 SM tentara Persia mengancam Yunani untuk menyerahkan
Sparta menolak.sepuluh tahun kemudian tentara Persia menyerang ,Sparta memimpin
sebuah pasukan dan bergabung dengan tentara Yunani dan pada saat itu terlihat
kepahlawananya. Perang peloponesos : Perang antara Sparta dan Athena dan perang
ini berlangsung 27 tahun . Pada
tahun 404 SM Athena di kalahkan
Sparta,namun perang itu melemahkan Sparta dan pada tahun 371 sparta di taklukan
Thebe, yang di pimpin ole Epaminondas. Sparta memiliki dua raja yang memiliki
garis keturunan yang berbeda. Kedua raja itu adalah anggota dari sebuah
dewan tua –tua (gerousia ) karena
jabatan mereka dan bukan karena hasil pemilihan . Gerousia memiliki peranan
penting dalam tata pemerintahan Sparta.
Tugas Gerousia adalah menyaringkan dan menetapkan proposal yang diajukan pada warga negara
(apella),Namun Geousia mengadili kasus –kasus criminal dan mengatur segal yang
di atur Apella ,apella hanya menguarakan ya atau tidak bagi setiap proposal
yang di ajukan . Apella tidak memiliki peran penting dalam tata pemerintahan
Sparta.
Suku
doria gemar berperang sehingga mendorong
mereka untuk membangun suatu negara dan pemerintahan militer yang kuat. Setiap
warga Sparta dididik dan dilatih agar menjadi prajurit –prajurit yang tidak
takut pada medan pertempuran. Pendidikan
yang mereka dapatkan terarah pada latihan fisik missal :lompat ,lempar lembing
,cakram dstnya.Pada usia dua puluh sampai tiga puluh tahun pemuda –pemuda
Sparta bertugas menjadi kadet dan polisi rahasia yang di kenal sebagai :
Crypteia dengan tujuan menjaga dan
mengawasi para helot agar bekerja
sebagaimana untuk mencukupi kebutuhan pangan warga negara Sparta. Usia tiga
puluh tahun mereka berhak untuk menikah .apabila pada usia enam puluh tahun ,
karier militer mereka
berakhir. Wanita-wanita Sparta juga melakukan latihan fisik seperti
Lompat ,lari, lembar lembing dan cakram bahkan gulat ,tinju dll sehingga wanita –wanita Sparta terkenal sehat dan kuat
di seluruh wilayah Yunani.
Siapakah Plato ?
Kelahiran
dan sisilahnya : Plato lahir di Athena
,ada ada juga yang mengatakan ia lahir di Aegina. Ia lahir 428 SM,ada yang
mengatakan 427 SM. Plato lahir pada keluarga aristocrat yang memiliki keturunan penting dalam
politik. Ayahnya bernama Ariston keturunan bangsawan raja Kodrus raja terakhir Athena yang hidup
sekitar 1068 M. Ibunya bernama : Periktione keturunan solon tokoh egendaris
agung Athena yang hidup 100 tahun lebih awal dari periktione. Plato ialah
Aristokles.karena dahi dan bahunya lebar sehingga di juluki plato. Pada saat
usia masih kecil ia sudah menjadi anak yatim dan ibunya menikah kembali dengan pamannya
yang bernama: Pyrilampes. Plato
dibesarkan dan dididik oleh pyrilampes. Plato meninggal di Athena pada usia
delapan puluh tahun dan ia tidak pernah menikah .Plato begitu kritis terhadap
demokrasi . Plato menempuh karir politik
ketika terbentuknya “oligarkis –aristokratis ”yang di kenal kelompok
tiga puluh tyrannoi, dan berubah menjadi kelompok yang kejam dan
dictator,sehingga plato tidak sudi bergabung dengan mereka . Plato menuliskan
karya –karya yang baik dan terkenla sebagai filsuf yang agung seorang sastrawa
yang mengagumkan.
Filsafat Plato
Filsafat
yang di kagumi dan di cintai oleh plato adalah socrtaes. Hampir seluruh
metodenya menggunakan metode sokkratik yaitu metode di kembangkan
oleh Socrates yang di sebut : “Elenkhus”.Plato berhasil menyepurnakan
method sokratik dengan menuliskan dialog-dialognya ke dalam suatu
kesusastraan.yang mempesona. Dari Socrates plato mengenal nilai –nilai
kesusilaan yang menjadi norma –norma dalam
kehidupan manusia.Plato tidak hanya di pengaruhi Socrates tapi juga di
kenal sebagai filsuf pra-sokratik .Sebelum plato belajar dengan Socrates ia
belajar filsafat dengan Kratylos. Kratylos adalah murid Herakleitos. Segala
sesuatu bergerak dan berubah .pemikiran Herakleitos dan kratylos menurut plato pemikiran mereka hanya berlaku dalam hal
inderawi. Plato mengenal ajaran Parmenides yang bertolak belakang pada
pemikiran Herakleitos. Plato juga
mengetahui dengan ajaran orphisme yang di sebut : Mysteri Orphik yaitu gerakan
agamis dan filsafati yang tersebar di Yunani
pada abad 6 SM. Orphisme
mengajarkan dualisme tubuh dan jiwa manusia untuk membebaskan jiwa dari
tubuh. Menurut plato manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Tubuh dan jiwa senantiasa
berada dalam ketegangan dan saling tarik –menarik. Plato tidak menerima ajaran Phytagoreanisme
yang mengatakan tubuh adalah kubur jiwa oleh karena itu menurut Plato tubuh
tidak dapat mematikan jiwa. Tubuh hanya berfungsi untuk menahan jiwa, Maka
plato katakan bahwa tubuh hanyalah penjara jiwa dan bukan kubur jiwa.
Idealisme Plato yang bertumpu pada ajaran
Filsafat
plato bertumpu pada ajaran tentang ide. Plato percaya bahwa ide adalah
realitas yang sebenarnya dari segala
sesuatu yang dapat di kenal lewat panca indra seperti tumbuhan,bunga, manusia hewan
dll. Menurut Ide bukanlah sebuah gagasan tapi atau gambaran yang berada di
dalam pemikiran manusia keberadaan ide
tidak bergantung pada daya fikir manusia ide itu harus mandiri ,sempurna dan
tidak berubah-ubah. Dunia sesungguhnya bagi plato ialah dunia ide. Semua ide
dengan ide yang baik atau ide kebaikan dan ide kebajikan sebagai ide yang
tertinggi yang ada di dunia, adalah realistas yang sebenarnya . sedang segala
sesuatu yang indrawi adalah merupakan realitas bayangan.
Bab
VII
Negara
Pengertian
dan hakikat negara
Apakah negara menurut
pengertian Plato?
Dilihat dari latarbelakangnya, bahwa
Plato hidup dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya, Plato lahir sekitar tiga atau empat tahun sesudah
pecahnya perang Peloponesos yang berlangsung sekitar dua puluh tujuh tahun.
Pada usia sekitar dua puluh tiga tahun, Plato menyaksikan pada masa
pemerintahan demokratis yaitu kekalahan Athena oleh Sparta. Itulah salah satu
sebab mengapa Plato sebagai seorang aristokrat begitu kritis terhadap
demokrasi. Bagi plato negara dan manusia memiliki persamaan maka oleh sebab itu
masalah moralitas haruslah merupakan yang paling utama yang harus diperhatikan
dalam kehidupan keberadaan negara itu sendiri, sebagaimana ia harus menjadi yang paling hakiki dalam
keberadaan hidup para penguasa dan seluruh warga negara selaku manusia. Dan
karena Plato banyak dipengaruhi oleh Sokrates gurunya, beberapa filsuf politik menarik kesimpulan bahwa Plato, negara ideal adalah suatu kommunitas etikal untuk mencapai
kebajikan dan kebaikan itu. Itulah jawaban yang paling tepat bagi pertanyaan,
apakah negara menurut pengertian Plato.
Selanjutnya, menurut Plato, negara
ideal pada hakikatnya adalah semua bersaudara, maka luas negara itu tidak boleh
terlalu kecil atau terlalu besar. Adapun ukuran suatu negara harus sesuai
dengan kemampuan untuk menjaga dan memelihara kesatuan di dalam negara itu sendiri. Selama sebuah negara yang
sedang bertumbuh berkehendak untuk tetap berada dalam satu kesatuan, biarlah ia
bertumbuh sedemikian rupa tetepi jangan terlalu besar.
Asal
Mula negara
Kita lihat teori teokratis yang
primitif , yaitu: dewa dewi memerintah langsung negara. Dan itulah sebabnya
terjadi penyembahan dan pemujaan terhadap raja atau kaisar, keturunan dewa dewi.
Pada zaman Socrates dan Plato, doktrin tentang
asal mula negara yang demikian itu menghilangkan popularitasnya oleh
ajaran kaum sofis. Protagoras, seorang tokoh terkemuka kaum Sofis, mengatakan:
“negara dicipta oleh manusia itu sendiri, pada mulanya manusia hidup
sendiri-sendiri namun ternyata sendiri-sendiri itu mengundang terlalu banyak
ganguan dan kesulitan. Ajaran Protagoras tentang asal mula negara ternyata
cukup mempengaruhi pemikiran Plato. Namun Plato melihat bahwa ganguan dan
kesulitan yang harus diatasi manusia bukan hanya dari luar dirinya tetapi yang
terutama justru yang berasak dari dalam dirinya sendiri. Bagi Plato, asal mula
negara dimulai dengan keinginan dan kebutuhan manusia yang begitu banyak dan
beranekaragam yang tidak dapat terpenuhi dan terpuaskan oleh kekuatan dan
kemampuan diri sendiri. Maka manusia lalu bersatu dan bekerja sama demi
kepentingan bersama, melahirkan kecakapan, keterampilan dan spesialisasi serta
pembagian tugas yang semakin lama semakin terorganisasi dengan baik. Jadi, negara haruslahdilihat sebgai suatu
sistem pelayanan yang mengharuskan setiap warga negara secara bertanggung jawab
saling mengisi, saling memberi dan menerima, saling menukar jasa, saling memperhatikan
kebutuhan sesama warga, dan saling membangun.
Tujuan,
Tugas, dan Fungsi Negara
Sesuai dengan ajaran etik yang
kikembangkannya, bagi Plato tujuan negara sinkron dengan tujuan hidup manusia,
yaitu: kesenangan dan kebahagiaan warganya. Jika tujuan negara ialah kesenangan
dan kebahagiaan hidup manusia maka itu berari bahwa tugas negara ialah mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan
itu dan dengan demikian fungsi negara yang paling menonjol ialah fungsi
kesejahateraan.
Namun ajaran Plato tentang tujuan,
tugas, dan fungsi negara, tidak dapat disederhanakan begitu saja. Bagi Plato,
kesenangan dan kebahagiaan hidup itu tidak dapat direguk lewat pemuasan hawa
nafsu selama hidup di dunia inderawi. Karena apa yang ada di dunia inderawi
hanyalah realitas bayangasn dari apa yang sesungguhnya berada di dunia ide,
maka apabila sesorang terpesona dan terpaku oleh realitas bayangan lalu
mengejar-ngejar realitas bayangan itu, maka ia akan tersesat ke alam
ketidaktahuan yang penuh dengan penyesalan dan kekecewaan. Untuk mencapai
kesenangan dan kebahagiaan hidup, manusia harus berusah memiliki pengetahuan
yang akan menjadikannya bijak untuk menyelami segala sesuatu sanpau kepada
idenya.
Oleh sebab itu, negara ideal adalah
negara yang harus dipenuhi dengan segala kebaikan dan kebajikan, karena bagai
Plato, negara dan menusia memiliki berbagai persamaan. Negara yang dipenuhi
dengan segala kebajikan dan kebaikan itu adalah, sebagaimana dipaparkan Platp
dalam Republic, buku empat, negara
yang bersendikan keadilan, selain kearifan, keberanian atau semangat dan
pengendalian diri dalam menjaga keselarasan dan keserasian hidup bernegara.
Hanya negara yang demikian itulah yang akan sangup melaksanakan tugasnya
mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan hidup yang sejati bagi setiap warganya.
Dengan menyadari bahwa negara dibentuk oleh manusia yang memiliki begitu banyak
keinginan dan kebutuhan yang hanya dapat dipenuhi apabila manusia bekerja sama
untuk saling mencukupi keperluannya masing-masing. Negara harus berusaha
menciptakan, menjaga, memelihara, dan meningkatkan semangat saling melayani
agar semua kebutuhan warganya dapat dipenuhi semaksimal mungkin. Artinya setiap
warga harus menjadi pelaku yang senantiasa siap sedia memnuhi tugas
penggilannya dalam rangka saling melayani itu sesuai dengan bakat dan
ketrampilannya masing-masing. Karena negara dibentuk dengan adanya keinginan
dan kebutuhan yang memerlukan pelayanan secara timbal-balik antar warga negara,
maka hak dan kewajiban tersebut di atas bukanlah melekat pada warga negara
secara induvidual pada jasa-jasa yang dilakukannya.
Negara ideal harus dapat mendudukkan
hak dan kewajiban pada tempat yang tepat dan mengatur serta menjaga agar ke
duanya senantiasa selaras dan serasi, karena hanya dnegan cara itulah negara
dapat melaksanakn tugasnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan fungsinya untuk
mencapai tujuan yang diidamkan dan diimpikan oleh para pembentuk negara yang
tidak lain adalah manusia yang menjadi warga negara dari negara yang
dibentuknya itu.
Bentuk
Bentuk Negara
Sejak zaman purba, ada tiga bentuk
negara yang telah dikenal: monarki, oligaki, dan demokrasi. Plato mengemukakan lima bentuk negara yang
sesuai dengan kondisi jiwa manusia. Karena bagi Plato, negara dan manusia
memiliki persamaan, maka senantiasa ada kesesuaian antara manusia dan negara.
Dari kelima bentuk negara itu yang terbaik ialah aristokrasi. Pemerintahan negara aristokratik berada di tangan para
cendekiawan yang oleh Plato dikatakan sebagai orang-orang yang terbaik, penuh
dengan kebajikan dan kebaikan serta keadilan. Oleh sebab itu bagi Plato,
aristokrasi adalah bentuk yang paling tepat dan sempurna bagi suatu negara
ideal. Namun bentuk negara yang demikian itu tidaklah abadi. Sesuai dengan
sifat dan kondisi jiwa manusia yang senantiasa berubah, demikian pula bentuk
negara itu. Perubahan bentuk negara dimulai pada saat keutuhan dan persatuan
kelas penguasa retak dan kemudian terbagi ke dalam kelompok-kelompok yang
saling bertentangan. Namun sejauh mereka sanggup menjaga keutuhan dan kesatuan,
sesungguhnya pemerintahan mereka tak akan dapat digoyahkan oleh apa pun.
Timbulnya keretakan, ketegangan, dan pertentangan dalam kelas penguasa terjadi
pada generasi muda, yaitu pada saat anak-anak para aristokrat itu mulai ikut
serta mengambil bagian dalam kekuasaan itu secara mudah, sedangkan kadar
idealisme yang mereka miliki tidak sama seprti aa yang dimiliki oleh generasi
pendahulu mereka, maka mulailah perubahan. Kepemimpinan dan kepemerintahan
mereka tidak lagi tertuju kepada kepentingan bersama melainkan telah bergeser
kepada kepentingan mereka sendiri. Kekuasaan yang mereka miliki digunakan untuk
meraih kemasyuran, kemuliaan, dan kehormatan yang sebesar-besarnya bagi
kepentingan diri sendiri. Dengan demikian berubahlah bentuk negara Aristokrasi
yang menurut Plato merosot menjadi timokrasi atau timarkhy.
Namun seperti aristokrasi, timokrasi
pun tidak kekal. Bentuk negara yang kedua itu pun harus berubah sesuai dengan
perubahan kondisi jiwa manusia. Pendewaan pada kehormatan dan kemuliaan akan
berakhir dan bergeser pada kekayaan. Karena di dalam timokrasi, pemerintahan
kelas penguasa teruju kepada kepentingan sendiri demi meraih kemasyuran,
kemuliaan dan kehormatan yang sebesar-besarnya, maka akibatnya berubah menjadi
keinginan untuk menjadi kaya dan semakin kaya, karena kini kekayaan menjadi
identik dengan kekuasaan. Pendewaan kekayaan dan menumpuk harta milik,
menimbulkan golongan yang kaya dan yang miskin. Plato mengatakan, bila kekayaan
yang dihargai di dalam suatu negara, maka orang-orang yang baik dan bajik
kurang dihargai daripada mereka yang kaya. Menurut Plato, konsekuensinya ialah
seluruh warga masyarakat menjadi pecinta uang dan telah melupakan segala ambisi
mereka semula yakni kesejahteraan bersama, lalu menjadi pengagum dan pemuja
orang-orang kaya dengan kekayaannya, sedangkan orang-orang miskin diabaikan.
Lebih jauh lalu mereka menetapkan undang-undang yang mengatur bahwa tidak
seorang pun yang dapat mengambil bagian untuk menduduki jabatan
pemerintahan kecuali mereka memiliki
sejumlah uang yang mencapai batas minimal yang ditentukan. Bentuk negara yang
dikuasai oleh golongan kaya yang terus-menerus ingin memperkaya diri disebut oligarki. Bentuk oligarki itu timbul
oleh karena kemerosotan timokrasi.
Proses pemerosotan berlangsung terus.
Karena orang-orang kaya dalam pemerintahan oligarkis tak pernah puas untuk
memperkaya diri maka orang-orang yang tersingkir dari persaingan itu akan
semakin melarat, sedangkan jumlah orang melarat semakin lama semakin besar.
Kemudian akan tiba saatnya rakyat menyadari bahwa keadaan mereka semakin
memburuk, oleh sebab itu mereka lalu bangkit dan bersatu melawan orang kaya
yang telah memeras dan menindas mereka selama itu. Sesudah mereka berhasil
menaklukkan dan membunuh orang-orang kaya itu maka dibentuklah suatu
pemerintahan yang penguasa dan rakyatnya sederajat, sebab pemerintah dipilih
oleh rakyat dan berasal dari rakyat. Lahirlah demokratis yang merupakan bentuk ke empat dalam proses pemerosotan
negara ideal Plato.
Dalam pemerintahan demokratis,
kepentingan rakyat diperhatikan sedemikian rupa dan kebebasan pun dijamin oleh
pemerintah, orang-orang di dalamnya boleh melakukan apa yang disukainya. Dan orang-orang
semakin mengejar kemerdekaan dan kebebasaqn yang tidak terbatas. Akibatnya
ialah bencana bagi negara dan juga bagi warganya sendiri menimbulkan kekacauan.
Situasi dan kondisi demikian itu merangsang keinginan dan kerinduan banyak
orang untuk memiliki pemimpin yang sanggup mengatasi berbagai kerusuhan dan
kericuhan yang semakin hebat. Mereka mendambakan seorang tokoh yang kuat,
keras, dan berwibawa yang pada mulanya berlaku sebagai “pelindung rakyat”.
Tetapi kemudian, karena memiliki kuasa yang semakin lama semakin besar ia pun
semakin sewenang-wenang. Rakyat tidak dilindunginya lagi, bahkan sebaliknya
ditindas dan ditelan. Dan itulah bentuk negara yang ke lima yang disebut tirani. Tirani merupakan bentuk yang
paling jauh dari bentuk negara ideal yang di dambakan Plato.
Plato membuktikan bahwa aristokrasi
adalah bentuk negara yang paling baik dan yang paling mempu memberi kesengan
dan kebahagiaan kepada manusia. Namun pada masa tuanya Plato meninjau kembali,
hal itu dilakukannya karena ternyata negara ideal yang didambakannya, yaitu
suatu negara yang dipimpin dan diperintah oleh cendekiawan atau disebutnya
sebagai filsuf raja adalah negara yang terlalu
sempurna bagi manusia. Di dalam Republic
buku IX hal itu telah diungkapkannya terlebih dahulu, bahwa sesungguhnya negara
ideal itu tidak berada di dunia ini tetapi di langit yaitu di dunia idea di
mana pola negara ideal itu tersimpan dengan baik.
Golongan dan kelas dalam negara
Tiga kelas dan dua golongan
Ajaran plato tentang pembagian
kelas dalam negara ideal, sejajarnya dengan ajarannya mengenai pembagian jiwa
manusia. Ajaran Plato mengenai pembagian jiwa manusia dikenal dengan nama
“teori Plato tentang tiga bagian jiwa” yang mengatakan bahwa jiwa manusia
terbagi kedalam tiga bagian yang sesuai dengan kapasitas alami yang dimilikinya
dan juga yang membedakannya dari segala makhluk hidup lainnya. Yang pertama
dari ketiga bagian itu adalah pikiran atau akal (nous) yang merupakan bagian
rasional, yang kedua adalah semangat atau keberanian (thumos), dan yang ketiga
ialah keinginan, napsu, atau kebutuhan (epithumia). Menurut Plato negara ideal
pun terbagi dalam tiga kelas yang sejajar dengan pembagian jiwa manusia
tersebut.
Adapun
kelas dalam negara itu ialah, yang pertama kelas penasehat atau pembimbing
yaitu para cendekiawan atau filsuf, yang kedua ialah kelas pembantu yaitu
militer dan yang ketiga ialah kelas penghasil yang terdiri dari kaum petani,
pengusaha, niagawan, etc. kesesejaran pembagian jiwa manusia dan kelas-kelas
dalam negara sebagai berikut :
Tiga bagian jiwa Tiga kelas dalam negara
Plato
menghubungkan tiga kelas ideal dalam negara dengan empat kebajikan pokok.
Kebijaksanaan dan kearifan dihubungkan dengan kelas penasehat atau pembimbing.
Keperkasaan haruslah menjadi moralitas jiwa bagi para pembantu atau militer.
Sedangkan pengendalian diri haruslah menjadi keutamaan bagi semua orang dalam
kelas penghasil. Moralitas jiwa atau keutamaan bagi seluruh kelas dalam negara
ialah keadilan.
Ketiga
kelas dalam negara ideal Plato sesungguhnya berasal dari dua golongan. Kedua
golongan itu ialah golongan para penjaga dan golongan karya yaitu orang-orang
yang memiliki ketrampilan teknik yang merupakan golongan yang besar dalam
negara.
Kelas
dan golongan bukan kasta
Ada
orang yang berpikir pembagian kelas dan golongan dalam negara yang dilakukan
Plato merupakan pengkotak-kotakan, pemisahan atau diskrimanasi sosial yang
serupa dengan kasta itu. Tetapi sebenarnya Plato tidak berusaha untuk
memisahkan atau membeda-bedakan kelas dan golongan itu. Pembagian kelas dan
golongan yang dilakukan oleh Plato bertujuam agar kedudukan, fungsi dan
jabatan, serta tugas dan tanggung jawab setiap orang didalam negara diatur sesuai dengan asas : orang
yang tepat ditempat yang tepat.
Keadilan
Apakah
Keadilan itu?
Keadilan
ialah salah satu dari kebajikan pokok atau keutamaan yang harus dimiliki oleh
setiap individu dan oleh seluruh kelas dan golongan dalam negara ideal. Bagi
Plato, keadilan tidak dihubungkan secara langsung dengan hukum, dengan kata
lain keadilan bukanlah konsep hukum. Untuk menemukan pengertian benar yang
benar tentang keadilan, pertama-tama harus ditemukan sifat-sifat dasar keadilan
itu didalam negara karena negara dan manusia memiliki persamaan, sedangkan
ukuran negara lebih besar dari manusia. Plato mengatakan ada keadilan
perorangan dan keadilan seluruh negara, sebuah negara lebih besar dari
seseorang maka lebih besarlah keadilan didalam negara dan oleh sebab itu lebih
mudah dipahami. Plato tidak bermaksud
mengidentikan keadilan individual dengan keadilan seluruh negara. Ia menunjukan
bahwa ada perbedaan keadilan individual dengan keadilan negara, walaupun tidak
tentu persis sama dan itu berarti ada perbedaan antara keduanya.
Keadilan
dalam negara
Untuk
menemukan karakter dan sifat dasar keadilan dalam negara, Plato mulai dengan
melihat keinginan dan kebutuhan manusia yang begitu banyak dalam kehidupan
sehari-hari. Manusia tidak dapat
memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang begitu banyak dengan kemampuan dan
ketrampilannya sendiri. Oleh sebab itu pada dasarmya manusia saling membutuhkan
satu dengan yang lainnya demi kepentingan masing-masing. Mereka lalu bersepakat
untuk bekerja sama sesuai dengan bakat, kemampuan dan ketrampilan masing-masing
yang didiami bersama-sama dan selanjutnya lahirlah apa yang disebut dengan Negara.
Keadilan Individual
Keadilan
individual hanya tercapai lewat penguasaan diri. Penguasaan diri itu hanya
terjadi apabila bagian rasional dapat mengendalikan kedua bagian jiwa lainnya, yaitu bagian
semangat atau keberanian dan bagian keinginan atau nafsu. Oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa keadilan individual ialah berfungsinya seseorang yang sanggup
menguasai diri sesuai dengan panggilannya yang ditentukan oleh bakat,
kemampuan, dan keterampilan.
Hukum
Bagi Plato, hukum dan undang-undang
bukanlah semata-mata untuk memelihara ketertiban dan menjaga stabilitas negara
melainkan yang terutama ialah untuk menolong setiap warga negara mencapai
keutamaan atau kebajikan pokok sehingga akirnya layak menjadi warga Negara dari
Negara ideal. Jadi hukum dan undang-undang erat bersangkutpaut dengan kehidupan
moral setiap warga negara. Hukum dan undang-undang harus dapat menempatkan diri
bagaikan seorang ayah yang baik hati yang tidak pernah memaksakan kehendaknya
sebelum diberikan penjelasan yang meyakinkan bahwa kehendaknya itu baik bagi
anak-anaknya. Itulah sebabnya, seseorang yang melanggar undang-undang harus
dihukum, namun hukuman itu tidak boleh dijalankan sebagai tindakan pembalasan yang dianggap
setimpal dengan kejahatannya. Plato melihat pelanggaran yang dilakukan oleh
manusia sebagai suatu penyakit dalam bagian rasional dari jiwa manusia oleh
karena tidak mengetahui dan tidak mengenal akan keutamaan atau kebajikan pokok
yang harus dicapai dan dimilikinya dalam kehidupannya. Jadi, hukuman haruslah
merupakan suatu obat yang harus sanggup menyembuhkan penyakit yang diidap oleh
si terhukum itu.
Kekuasaan
Apakah itu Kekuasaan??
Banyak
definisi yang ditawarkan oleh para sarjana mengenai kekuasaan itu. Ada yang
yang mengatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, ada
juga yang mengatakan kekuasaan itu kemampuan untuk menetapkan sesuatu sehingga
orang lain mentaati apa yang ditetapkan itu, namun ada pula yang mengatakan
kekuasaan adalah istilah politik untuk kata “kekuatan”. Menurut Plato kekuasaan
adalah kesanggupan untuk meyakinkan
(persuasi) orang lain agar orang yang telah diyakinkan itu melakukan apa
yang telah diyakininya sesuai dengan kehendak orang yang melakukan persuasi
itu.
Sumber
kekuasaan
Pada masa sebelum Plato, ada cukup
banyak orang yang berpendapat bahwa sumber kekuasaan itu ialah dewa. Kemudian
ada lagi orang yang begitu mendewakan harta milik dan kekayaan. Selain itu, ada
juga orang yang menempatkan pangkat, kedudukan, atau jabatan di atas segala-galanya,
sehingga cukup masuk akal apabila ada orang yang mengatakan bahwa sumber
kekuasaan itu adalah pangkat, kedudukan, atau jabatan.
Bagi Plato, sumber kekuasaan itu
bukan pangkat, kedudukan atau jabatan, juga bukan harta milik dan kekayaan dan
bukan pula dewa atau apapun yang dianggap ilahi. Plato menobatkan filsafat atau
ilmu pengetahuan menjadi yang mulia yang harus duduk di atas tahta pemerintahan
negara ideal karena hanya pengetahuanlah yang dapat membimbing dan menuntun
manusia datang pada pengenalan yang benar akan segala sesuatu yang ada dalam
keberadaannya yang sempurna di dunia ide. Jika pengetahuan menduduki tempat
yang terutama dan memegang peranan terpenting maka pada tempatnyalah apabila
dikatakan bahwa pengetahuan itulah yang menjadi sumber kekuasaan.
Penyelenggaraan Kekuasaan
Plato mengatakan: Para penguasa
diamanatkan Tuhan pertama-tama dan terutama agar mereka menjadi penjaga yang
baik sebaik seperti terhadap anak mereka sendiri. Para penguasa wajib merawat,
memelihara, mengasuh, membina, mendidik,mengarahkan, dan melindungi setiap
warga Negara dengan penuh perhatian, penuh tanggung jawab dan kasih sayang.
Terlihat bahwa penyelenggaraan kekuasaan yang dikehendaki oleh Plato dalam
negara idealnya bukanlah dengan paksaan atau kekerasan. Hanya dalam keadaan
darurat, paksaan atau kekerasan boleh digunakan, tetapi dalam keadaan yang
biasa dan normal, penyelenggaraan kekuasaan itu haruslah dilakukan dengan
persuasi.
KEBEBASAN
Negara
Ideal Plato Tanpa Kebebasan
Kebebasan
berpolitik dalam negara memiliki dua pengertian yang pertama jika dilihat dari
sudut pandang kebebasan si penguasa,
yakni pemerintah yang berarti kesempatan untuk melaksanakan dan
menyelenggarakan kekuasaan politik yang dimiliki nya dan yang berikutnya adalah
kebebasan yang dilihat dari yang dikuasai
atau rakyat, yang berarti adanya ruang gerak yang lebih leluasa untuk
berbicara, menyatakan pendapat dan sikap serta berbuat sesuatu. Jika kebebasan
rakyat makin besar maka kebebasan pemerintah makin sempit dan sebaliknya
kebebasan pemerintah makin besar maka kebebasan rakyat menyempit. Jika
kebebasan pemerintah yang terlampau besar untuk menyelenggarakan kekuasaan
politik untuk dan atas nama negara maka dengan demikian sesungguhnya negara
memiliki kekuasaan mutlak dan negara itu akan menjadi negara totaliter. Dan
rakyat hanya mnjadi abdi negara sehingga tak dapat leluasa dalam negara itu
sendiri.
Namun konsep negara ideal tanpa kebebasan menurut
Plato mirip dengan konsep negara totaliter tapi tidak serupa. Ketika plato
mengemukakan asal mula negara bahwa negara itu berdiri karena adanya kebutuhan
manusia yang tak dapat terpenuhi, namun dapat terpenuhi jika manusia itu
bersatu dan bekerja sama di tepat tertentu yang kemudia menjadi wilayah negara.
Dengan kesatuan mereka ada upaya dalam memenuhi kebutuhan mereka dengan demikian
disana orang-orang yang bersatu itu bukan budak seperti yang di kehendaki
negara totaliter. Adapaun tujuan, tugas dan fungsi negara adalah untuk
kesenangan, kebahagiaan, dan kesejahteraan manusia yang menjadi warganya dengan
demikian mari buang jauh-jauh pemikiran bahwa apa yang dibahas plato ini adalah
cita-cita membentuk negara totaliter. Namun adapun kebebasan yang dibatasi
dalam konsep Plato yang akan ditampilkan dalam pembahasan ini.
Ø Kebebasan
yang tak beradab
Plato
hidup pada masa Yunani khususnya Athena yang mengalami kemunduran dan
keruntuhan akibat kekacauan politik yang terjadi. Kekacauan yang terjadi di
zaman Plato itu dia melihat semuanya akibat kebebasan individual yang terlalu
besar. Menurut Plato, demokrasi memberi tempat yang terlalu besar bagi
kebebasan individual bukanlah bentuk idaman, kebebasan yang berlebihan seperti
itulah yang membawa bencana bagi negara dan warganya, karena kebebasan demikian
akan melahirkan anarki, dan dari anarkilah tirani tercipta. Demi persamaan
derajat demokrasi membuat negara penuh sesak dengan kebebasan yang
mengakibatkan runtuhnya norma hidup dan standard moralitas. Dan inilah yang
diistilahkan oleh plato sebagai kebebasan ekstrim.
Ø Kebebasan
yang beradab
Kebebasan
yang mendapat tempat dalam negara ideal adalah kebebasan yang beradab, atau
diistilahkan Plato sebagai kebebasan yang benar. Negara ideal adalah negara
yang dibentuk oleh orang-orang yang memiliki keinginan dan kebutuhan yang
beraneka-ragam dan yang membentuk negara
itu adalah orang-orang bebas. Kebebasan menjadi dasar dari negara ideal, dengan
kebebasan mereka menyetujui membentuk negara dan atas dasar persetujuan dan
kehendak bebas mereka menyerahkan diri untuk diperintah oleh pemerintah oleh
sebab itu penguasa tidak boleh melampaui batas kekuasaannya dan memperkosa
kebebasan yang justru menjadi dasar pemerintahannya. Melihat negara memilki
tujuan, tugas, dan fungsi sebagai satu wadah dimana antara satu dan yang lain
yang ada di dalam nya saling melayani dalam mencukupi keinginan dan kebutuhan.
Negara harus berupaya untuk hal ini, setiap warga harus saling melakukan tugas
nya sesuai bakatnya dalam rangka saling melayani. Dengan demikian mereka yang
memiliki bakat dan yang terpanggil dalam satu bidang tertentu akan berusaha
meningkatkan mutu hasil karyanya agar disukai dan disenangi orang
membutuhkannya dengan itu lahirlah tangan-tangan ahli yang trampil dibidang
mereka masing-masing. Manusia dinilai dari hasil karya mereka itu sendiri dan
mereka secara otomatis akan terpacu untuk mengahsilakan yang terbaik dan penuh
tanggung jawab. Jadi kebebasan yang beradab yang dimaksud adalah kebebasan yang
dikontrol oleh negara. Negara mengontrol rakyatnya agar menghasilkan yang
terbaik sebagai kegiatan pelayanan antara satu dan yang lain dalam mencukupi keinginan
dan kebutuhan sesama dengan bertanggung jawab. Negara memberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi setiap orang untuk mengembangkan diri menjadi warga negara yang ideal. Seseorang
dinilai berhasil menggunakan kebebasan nya dalam mengembangkan dirinya apabila
bagian rasional jiwanya sanggup mengendalikan bagian-bagian jiwa lainnya tanpa
harus membuang keinginan-keinginan alamiah. Menunjuk pada keserasian jiwa yang
menghasilakan hidup dalam kebajikan, kebaikan dan keadilan. Kebebasan
mengembangkan diri adalah kebebasan yang membentuk negara ideal itu, yang
didalamnya terdapat manusia yang telah berhasil mengembangkan diri nya,
menggunakan dengan baik kebebasannya itu sehingga yang ada dalam negara itu
adalah kebajikan, kebaikan dan keadilan.
PENDIDIKAN
Arti
dan Peran Pendidikan Dalam Negara Ideal
Dalam
konsep negara ideal Plato, pendidikan mendapat tempat yang paling utama, dan
perhatian paling khusus dan istimewa, bahkan dikatakan pendidikan adalah tugas
dan panggilan yang sangat mulia yang deselenggarakan oleh negara.
Sedikit
mengulas kembali kehidupan Plato ditengah carut marut kehidupan pemerintahan
athena yang dari demokrasi menuju ke anarki, norma-norma hidup dan standar
moralirtas semakin kehilangan tempat diengah kehidupan, penguasa yang korup,
membuat kebajikan, kebaikan, dan keadilan,
tidak mungkin tercapai. Dan dalam kebobrokan ini tatanan masyarakat
tidak dapat diperbaiki lagi selain dengan Pendidikan.
Penddikan adalah merupakan satu tindakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan
dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan manusia bisa menjadi manusia seutuhnya,
yakni manusia yang berhasil menggapai keutamaan atau moralitas jiwa dengan
mengubah secara total sifat, perilaku, tindakan, danperbuatannya sehingga
manusia itu menjadi baru.
Peran
pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui, dengan pembebasan dan
pembaharuan manusi menjadi utuh, dan akan mencapai ide Plato mengenai
Kebajikan, kebaikan, dan keadilan. Pendidikan dalam konsep negara ideal harus
lah dilaksanakan oleh pemerintah, dan kemudian ada satu kemajuan dan mungkin
saja inilah awal pendidikan diprogramkan. Ide Plato bahwa pendidikan itu harus
diprogramkan agar dapat mencapai sasaran yang diidamkan. Demi mncapai sasaran
yang diidamkan maka dari pemerintah harus mengadakan propaganda dan sensor.
Propaganda perlu untuk menanamkan motivasi, semangat patriotisme, loyalitas,
kebersamaan, dan kesatuan serta cinta akan kebaikan dan keadilan. Sensor diperlukan
untuk menyaring segala ajaran agar hanya yang baik, yang berguna, yang
benar-benar dibutuhkan yang mendapat persetujuan pemerintah untuk boleh
disebarluaskan.
Dalam
mencapai cita-cita negara ideal Plato bahkan telah merencanakan dan
memprogramkan bagaiman pendidikan iu dijalankan (konteks Athena saat itu), namun perogram pendidkan ini diperuntukan
untuk golongan penjaga yang berpotensi menjadi pemimpin biarlah nantinya akan
tercipta pemerintahan dengan pemimpin-pemimpin yang baik. Plato pun merencanakan program pendidikan dan
kemudian kelompok belajar itu dibagi dalam tiga tahap atau kelas.
1. Tahap
Pertama kisaran umur teruna hingga 20 tahun
Pelajaran
yang diberikan ada dau pokok bagian yakni musik dan gymnastic. Istilah musik
itu sendiri meliputi puisi, kesusastraan, kesenian, musik sendiri dan segala
sesuatu yang bersifat intelektualitas. Dimulai dengan menceritakan
perumpamaan-perumpamaan yang telah melewati sensor terlebih dahulu agar tidak
memupuk sifat atau mungkin pemikiran buruk yang dididik. Sensor yang dilakukan
bukan hanya untuk karya sastra kini, tapi yang masa silam dan yang hendak
terbit pun harus di sensor. Pelajaran
musik akan berakhir dan dikatakan baik jika dapat mendidik yang dididik mejadi
orang yang mencintai keindahan
Gymnastic
dimulai setelah pelajaran music selesai
dimana mendidik fisik, menjadi kuat dan berani namun bukan hanya sampai
pada itu, namuan juga dengan pendidiakn jasmani dapat mendidik manusia menjadi
lebih sederhana,sportif, jujur, sopan, dan yang sanggup mengendalikan diri.
Adapun untuk masuk ketahap selanjutnya ad ujian nya juga.
2. Tahap
Kedua umur 20 lama pendidikan 10 tahun
Dalam
tahap ke dua klas akan beralih mempelajari ilmu-ilmu eksakta seperti geometri, astronomi, matematika dan
lainya palto juga menekankan cara atau metode mengajar dengan permainan,
simulasi, main peran. Pelajaran seperti ini diperlukan untuk kebutuhan profesional
dan juga latihan kemampuan intelektual, agar manusia mencapai kebenaran sejati.
Lewat cara berpikir yang terlatih dan sistematis manusia dapat merenung apa yang sesungguhnya dan
dapat mengantar pada ide kebaikan, kebajikan, dan keadilan.
3. Tahap
ketiga umur 30 tahun lama pendidikan 5 tahun
Mengajarkan
tentang dialektika yang adalah puncak dari semua pelajaran itu, yang lolos ke
tahap ketiga adalah mereka yang memilki kemampuan untuk melepaskan diri dari
belenggu dan ikatan dari realitas yang ada di dunia indrawi dan beralih kedunia
relitas sejati. Dengan pengetahuan yang dimiliki maka dengan demikian mereka
akan sanggup meraih kebjikan, kebaikan, dan keadilan. Seperti yang kita ketahui
tadi bahwa ini adalah pendidikan bagi bakan calon-calon pemimpin, oleh karena
itu setelah selesai tahap ini mereka dapat belajar memimpin namun masih
dibimbing pemimpin-pemimpin berpengalaman. Bimbingan 15 tahun setelah itu
barulah bisa turut serta dalam pemerintah negara. Itulah mereka yang memilki
karakter yang terpuji dan memilki moralitas yang tinggi.
AGAMA
Plato berpendapat
bahwa Allah itu baik,Karena bagi Plato tidak mungkin Allah itu saling
menipu,kejam,kasar,saling berkhianat,senang beretengkar,rakus,licik,sering
mempermainkan cinta,saling membenci,pemberontak dan bagaikan anak-anak nakal
yang gemar saling mengganggu dan suka menarik perhatian.Plato juga menolak
pandangan yang mengatakan bahwa Tuhan adalah penyebab kejahatan,itulah sebabnya
Plato merasa amat penting badan sensor yang ketat,semua ajaran yang merendahkanmartabat
para Allah dapat dilenyapkan dari Negara Ideal.
Sesuatu yang disebut allah itu
pasti baik.Karena Allah itu baik,maka tentu saja ia adalah penyebab segala
kebaikan.Tidak mungkin Tuhan itu menjadi penyebab yang buruk.Oleh sebab itu
harus dikatakan bahwa Tuhan bukan penyebab segala sesuatu kecuali
kebaikan.Plato juga mengatakan bahwa Tuhan itu bukanlah penyihir yang suka
mengubah-ubah bentuk untuk menipu orang lain agar percaya kepadanya.Tuhan itu
sempurna sehingga ia tidak perlu berubah-ubah ataupun bergerak,sebab apabila ia
berubah dan bergerak maka itu justru bahwa ia tidak sempurna.
Allah adalah penyebab segala
kebaikan yang pasti ia tidak berdusta maupun menipu,karena tidak ada cukup
alasan baginya untuk berdusta atau menipu.Oeh karena itu Plato menegaskan bahwa Tuhan itu bersahaja dan benar didalam
kata dan perbuatan,dan tak mengubah dirinya sendiri ataupun menipu.
Plato
mengatakan bahwa tidak pantas mengatakan Tuhan itu rakus dan oleh sebab itu
Tuhan tidak mungkin dapat disuap dengan pemberian apapun.
Menurut
Plato ada dua kemungkinan bagi para Allah : berada dalam dunia Inderawi atau
berada di dunia ide.
1.
Dunia
Inderawi : apabila berada dalam dunia Inderawi,maka pastilah mereka itu tidak
abadi karena segala sesuatu yang berada dalam dunia inderawi ini akan mengalami
perubahan yang terus-menerus dan senantiasa bergerak.
2.
Dunia
ide : apabila berada pada dunia ide, maka pastilah mereka abadi, tak
berubah-ubah, dan tak bergerak. Karena hanya di dunia idelah semua itu
abadi,tak berubah dan tidak bergerak.
AGAMA DAN NEGARA
Ulasan
Plato tentang Allah yang memakan tempat yang cukup banyak di dalam Republic, namun dalam Negara idealnya
ternyata hanya memperoleh tempat yang amat sedikit. Agama tradisional hanya
berguna untuk pendidikan tahap pertama dan tempatnya ialah diawal mata
pelajaran musik. Cerita-cerita tentang Allah disampaikan pada para siswa lewat
cerita dongeng perumpamaan (fables)
dalam puisi yang indah. Tujuan pembelajaran itu ialah untuk menanamkan rasa
keindahan dan cinta kebaikan serta semangat perjuangan dan keberanian. Itulah
sebabnya semua dongeng perumpamaan dan syair yang tidak mendukung tercapainya
tujuan pelajaran tersebut diatas harus dienyahkan dan disingkirkan.
Agar
tujuan pelajaran itu berhasil dicapai dengan baik, Plato mendorong para
pendidik untuk menciptakan dongeng perumpamaan yang walaupun menga ndung
kebohongan, asal masuk akal dan menunjang tercapainya tujuan pelajaran, tak
perlu dirisaukan. Plato mengatakan bahwa kebohongan yang bermanfaat bagi
pendidikan bukanlah sebuah kejahatan. Bahkan seluruh dongeng perumpamaan
tentang Allah dalam pemahaman yang tradisional yang ditempatkan diawal
pembelajaran music itu menurut plato hanyalah impian belaka. Walaupun hanya
impian namun karena bermanfaat, maka iah harus tetap digunakan. Pendidikan
agama tradisional itu bagi Plato merupakan study
pra ilmiah (presientific study) yang berguna hanya untuk jangka waktu yang
sangat terbatas.
HARTA MILIK
BAHAYA KEKAYAAN
Plato benar-benar menyadari betapa
besarnya bahaya yang terkandung pada kekuasaan dan kelobaan terhadap kekayaan
harta. Sebab itu untuk mencegah segala sesuatu yang buruk yang berkenan dengan
kekayaan harta itu, maka semua warga Negara ideal teristimewa mereka yang
tergolong dalam golongan penjaga, harus dilengkapi dengan usaha-usaha
perlindungan (safeguard) yang paling
ampuh, agar mereka tetap berdiri dengan teguh menghadapi segala godaan yang
sangat menggiurkannya. Upaya Plato yang terutama bertujuan pada golongan
penjaga, karena dengan kekuasaan mereka juga berpontensi untuk membuat suatu
Negara dapat jatuh ataupun berkembang. Sehingga apabila para penguasa bersih
dan baik maka dengan sendirinya warga yang dipimpin juga bisa menjadi baik.
Pendidikan merupakan usaha yang
ampuh dan amat perlu diberikan kepada golongan penjaga. Tetapi perlu juga cara
lain yang berjalan bersama pendidikan yang tepat dan baik agar dapat mencegah
penyimpangan yang bisa timbul di dalam sebuah Negara yang ideal.
KOMUNISME PLATO
Untuk menghindari bahaya diatas, menurut Plato
pemilik harta harus diatur dengan sebaik-baiknya. Pengaturan pemilik harta yang
pertama-tama dan terutama harus dilaksanakan pada kelas pembantu yaitu militer,
karena mereka termaksud dalam golongan penjaga namun pendidikan yang diterima
tidak setinggi para pembimbing. Sehingga mereka lebih mudah tergiur akan godaan
dan pencobaan. Bagi militer mereka tidak boleh memiliki harta milik pribadi,
selain kebutuhan pokok yang merupakan
kebutuhan sehari-hari.
Hanya golongan pembantu atau militer
dalam Negara yang tidak boleh berurusan dengan emas dan perak, atau menyentuh,
berada seatap, memakai emas, ataupun minum dari perak dan emas. Dengan cara ini
mereka dapat terhindar dari masalah dan dapat menyelamatkan Negara.
Semua warga militer harus tinggal
diasrama yang disediakan oleh Negara disitulah mereka melakukan semua kegiatan
dan menjalani hidup bersama-sama. Mereka makan dan minum bersama-sama dan
segala sesuatu dimiliki bersama-sama. Segala keperluan dan kebutuhan disediakan
oleh golongan penghasil sebagai upah menjaga Negara. Mereka tidak boleh
kekurangan tapi tidak boleh juga berkelebihan. Kehidupan para militer harus
diatur dengan ketat dan bijaksana.
Bagi kelas penghasil atau
golongan karya,mereka boleh memiliki harta milik pribadi tapi tidak boleh
menjadi kaya karena dapat membuat mereka malas dan berhenti melakukan sesuatu
yang baik. Oleh karena itu Plato menekankan warga tidak boleh kaya tapi tidak
boleh juga miskin. Dari ini kita dapat menyimpulkan bahwa komunisme plato adalah komunisme
terbatas.
GELOMBANG
PEMIKIRAN PLATO
Pemikiran plato untuk membangun sebuah Negara yang
bebas dari kebobrokan, kekacauan, dan kebejatan bukanlah sebuah pemikiran yang
baru. Semuanya itu merupakan pengalaman dan pengetahuannya selama hidup yang
diolah oleh otak yang cerdas sehingga menghasilkan sebuah ulasan, teori,
pandangan dan pendapat yang disertai argument yang sukar dibantah.
Menurut Plato ada
buah pikiran yang jelas dan mudah dicerna, sehingga dapat diterima dengan baik
oleh orang lain. Tetapi juga terdapat buah pikiran yang memerlukan waktu dan
focus dalam pemikiran untuk dapat mencerna dan memahami dengan baik. Selain itu
Plato juga sudah memperkirakan buah pikiran yang belum pernah ada yang
sebelumnya telah diperkirakan olehnya akan mengejutkan atau mengguncang banyak
orang, bagai gelombang dilaut, sanggup menggoncangan kapal yang besar
sekalipun. Dari inilah pemikiran Plato disebut Gelombang pemikiran. Gelombang
pemikiran ini benar-benar mengguncang karena bukan hanya menyimpang dari fakta
yang sudah umum tapi juga bertentangan dengan tradisi dan kebiasaan yang sudah
berlaku.
Ø
GELOMBANG PERTAMA (The First
Wave)
Menurut Plato pria dan wanita itu sama, sama-sama
mempunyai hak yang sama, terutama dalam pendidikan dan pekerjaan. Pemikiran ini
sangat bertentangan dengan tradisi waktu itu yang harus membedakan pria dan
wanita. Menurut Plato wanita dapat berperan dalam setiap kegiatan manusia, sama
dan seimbang dengan pria. Jika wanita diharuskan berperan yang sama dengan pria
maka wanita juga harus diikutsertakan dalam kepemimpinan Negara. Plato
menegaskan wanita dan pria memiliki sifat dasar yang sama dalam menjaga Negara,
itulah sebabnya dalam Negara ideal wanita tidak boleh dibedakan dengan pria.
Menurut
Plato jika wanita diwajibkan untuk melakukan semua peranan pria maka wanita
juga harus mendapatkan pendidikan yang setingkat dengan pria. Tetapi perlu
diketahui bahwa perjuangan Plato untuk menyetarakan wanita dan pria seperti
yang diperjuangkan oleh emansipasi wanitayang muncul pada abad ke Sembilan
belas, tetapi motivasinya berbeda. Ia melihat tenaga kerja wanita yang tidak
dimanfaatkan dan disia-siakan, sedangkan pria harus banting tulang bagi
keluarga dan Negara.
Ø
GELOMBANG KEDUA (The Second Wave)
Pada tahap ini
muncul gagasan agar dihapuskan perkawinan dan keluarga untuk membentuk
satu keluaga besar yaitu Negara, sehingga semua orang “bersaudara dalam
negara”. Menurut Plato seorang pria tidak beristri sehingga setiap pria milik
semua wanita dan setiap wanita milik semua pria dan juga anak untuk semua orang
tua agar tidak seorangpun mengetahui siapa anaknya dan anak tidak mengetahui
siapa orang tuanya.
Bagi
kita yang hidup pada waktu sekarang gagasan diatas merendahkan martabat
manusia, dan juga merupakan pemerkosaan terhadap hak-hak asasi manusia. Tetapi
mungkin Plato belum menyadari hal itu, atau mungkin pertimbangan ini harus
dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran yang ingin dituju.
Adapun maksud dan tujuan gagasan
ini untuk membuat sebuah Negara yang merupakan satu keluarga, maka keutuhan dan
kesatuan Negara terjamin dan terpelihara dengan ikatan persaudaraan yang kokoh.
Maksud
dan tujuan kedua ialah meningkatkan loyalitas dan dedikasi kepada Negara. Jika
gagasan itu dilakukan maka tidak ada lagi orang yang direpotkan dengan segala
urusan untuk keperluan keluarga. Plato berkata, apabila seorang dibebaskan dari
ikatan perkawinan dan keluarga, loyalitas dan pengabdian kepada Negara dapat
terarah sepenuhnya demi kepentingan Negara. Tetapi jika sebaliknya karena cinta
kepada keluarganya maka loyalitas dan pengabdian demi kepentingan kepada Negara
dinomorduakan. Bagi plato itu merupakan bentuk egoisme yang perlu dikikis
habis. Sehingga cara satu-satunya adalah menghapus ikatan perkawinan dan
keluarga.
Maksud
dan tujuan yang ketiga adalah pengendalian jumlah penduduk. Menurut Plato
Negara ideal tidak boleh mempunyai jumlah penduduk yang terlalu besar tetapi
juga tidak boleh terlalu kecil. Jumlah penduduk yang terlalu besar akan
menimbulkan ketidakseimbangan kesejahteraan penduduk sendiri dan dapat
mengganggu kestabilan politik, sedangkan jumlah yang terlalu sedikit tidak
sanggup untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan mudah dukalahkan jika
diserbu oleh musuh. Sehingga dengan menghapuskan ikatan perkawinan dan keluarga
maka Negara dapat dengan mudah mengatur dan mengendalikan jumlah penduduk yang
diperlukan.
Maksud
dan tujuan yang kelima adalah meningkatkan kualitas manusia. Negara yang ideal
harus mempunyai pemimpin yang istimewa yang mempunyai kemampuan intelektual yang
tinggi dan karakter serta moral yang terpuji. Bila perlu semua warga
memdapatkan pendidikan yang stara tanpa kecuali sehingga setiap warga Negara
mempunyai intelektual yang tinggi dan berkualitas, sehingga dapat terhindar
dari tindakan yang tidak terpuji oleh manusia yang tidak berkualitas.
Yang terakhir, maksud dan tujuan yang kelima adalah untuk mendukung dan memperlancar pelaksanaan gagasan tentang komunisme yang menghendaki penghapusan kepemilikan harta milik pribadi. Dengan dihapuskan ikatan perkawinan dan keluarga maka pertikaian untuk mempertahankan harta milik pribadi keluarga juga dapat terhindar karena semuanya milik bersama. Sehingga semuanya itu harus dihapuskan baik perkwinan, keluarga dan kepemilikan harta pribadi.
Yang terakhir, maksud dan tujuan yang kelima adalah untuk mendukung dan memperlancar pelaksanaan gagasan tentang komunisme yang menghendaki penghapusan kepemilikan harta milik pribadi. Dengan dihapuskan ikatan perkawinan dan keluarga maka pertikaian untuk mempertahankan harta milik pribadi keluarga juga dapat terhindar karena semuanya milik bersama. Sehingga semuanya itu harus dihapuskan baik perkwinan, keluarga dan kepemilikan harta pribadi.
Ø
GELOMBANG KETIGA (The Third Wave)
Gagasan mengenai filsuf-raja.
Menurut Plato para raja di Negara ideal adalah para filsuf. Jika kekuasaan
dan kecerdasan serta pengetahuan yang tinggi menyatu ditangan para cendikiawan,
barulah Negara akan dapat dipimpin dengan hikmat dan arif. ”Filsuf adalah
pecinta kebijaksanaan” oleh sebab itu hanya para filsuflah yang menggenggam
kabijaksanaan sejati, sehingga para filsuflah yang pantas memimpin sbuah Negara
yang ideal. Plato merasa yakin bahwa hanya para filsuflah yang dapat memimpin
Negara karena mempunyai pengetahuan yang amat tinggi, sedangkan barangsiapa
yang mempunyai pengetahuan, ia memiliki kekuasaan sebab “pengetahuan adalah kekuasaan.
Selain memiliki pengetahuan yang
tinggi, kebijaksanaan dan juga kearifan para filsuf juga menunjukan sifat dan
moralitas mereka yang amat terpuji. Ada 7 sifat yang dimiliki oleh para filsuf,
antara lain sebagai berikut :
1.
Penggemar
pengetahuan. kebijaksanaan akan didapatkan apabila kita mempunyai pengetahuan,
karena dengan pengetahuan maka kita dapat menatap kebenaran sejati dan bukan
hanya mengembara tanpa arah antara batas hidup dari lahir sampai kematian.
2.
Penggemar semua yang mulia. Semua tujuan dari orang
yang bijaksana pastilah mulia. Itu berarti semua tindakan dan perbuatan
orang-orang tersebut senantiasa terarah kepada sesuatu yang baik dan yang pasti
juga terarah pada tujuan yang mulia.
3.
Hidup
dalam cinta kasih. Mereka yang hidup dalam cinta kasih tidak membenci apalagi
mendemdam. Karena dengan cinta kasihlah yang menjaga dan memelihara keutuhan dan
kesatuan yang dibutuhkan dalam bernegara.
4.
Mencintai
kebenaran. Orang yang bijaksana akan selalu melakukan dan mengatakan kebenaran.
Mereka akan menjahui kebohongan, kemunafikan, dan juga kepura-puraan dan
melakukan apapun untuk menegakan kebenaran.
5.
Mengejar
kesenangan dan kebahagiaan jiwa atau rohani,bukan mengejar kesenangan dan
kenikmatan jasmani. Manurut Plato jiwa itulah yang abadi sehingga kesenangan
jiwa yang terutama dan terpenting.
6.
Dapat
mengendalikan diri. Para pecinta kebijaksanaan sejati adalah orang-orang yang
dapat mengendalikan diri dan bukan pecinta uang. Pengendalian diri adalah
kekuatan dan kesanggupan mereka yang berpengetahuan tinggi karena mereka
mengenal norma-norma dan nilai-nilai hidup. Sehingga mereka dapat memperoleh
moral yang terpuji.
7.
Jauh
dari sifat picik dan jahat. Mereka
menghargai kehidupan namun tidak takut mati. Mereka hidup tertip, tidak iri
hati, tidak licik, tidak pengecut, bukan penipu, bukan orang-orang yang tidak
adil, ramah kepada setiap orang, dan tidak kejam atau biadap. Orang-orang
seperti inilah yang diangkat menjadi deorang pemimping Negara.
PENUTUP
Gagasan
tentang Negara ideal dengan filsuf-raja sebagaimana yang dipaparkan oleh
didalam Republic sesungguhnya
diciptakan Plato bukan untuk digunakan untuk sebagai pedoman praktis, tetapi
semata-mata merupakan suatu ideal, suatu idaman, atau cita-cita yang merupakan
upaya untuk menjawab pertanyaan kemana suatu Negara akan atau hendak digiring
atau dituju, bukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana mengurus atau mengatur
Negara tersebut, kendatipun disana-sini dijumpai petunjuk-petunjuk atau
pedoman-pedoman praktis bagi para penguasa atau pendidik untuk menjalankan
sebuah Negara.