Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pandangan Kristen tentang Alat Kontrasepsi - Etika sosial Alat kontrasepsi

Pandangan Kristen tentang Alat Kontrasepsi
Oleh: Rendra A. Christianto
A.  Permasalahan
          Alat kontrasepsi adalah alat yang berfungsi sebagai pencegah kehamilan dan masih termasuk dalam kategori KB yaitu suatu program pemerintah yang bertujuan utuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran serta pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Kontrasepsi sendiri dapat di artikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan. Sedangkan alat kontrasepsi merupakan segala macam alat atau cara yang di gunakan satu pihak atau kedua belah pihak pasangan suami istri untuk menghindarkan konsepsi. Pertumbuhan di Indonesia semakin padat akibat kelahiran yang meroket, maka untuk mencegah hal tersebut pemerintah akhirnya membuat suatu slogan KB yang berbunyi “dua anak cukup”.


           Pengertian alat kontrasepsi ini akan semakin dimengerti jika kita tahu seperti apa cara kerja alat-alat ini dalam mencegah kehamilan. Sejauh ini ada enam alat yang digunakan yaitu:
·      Alat kontrasepsi metode hormonal, alat kontrasepsi yang satu ini mencegah kehamilan dengan cara mengganggu/menghambat proses ovulasi. Di sini, hormon tubuh wanita akan diganggu/dihambat sehingga proses ovulasi tidak terjadi atau sel telur yang dikeluarkan wanita tidak bisa dibuahi sperma pria. Alat kontrasepsi metode ini ada yang berupa pil, suntikan, dan juga implan.
·      Alat kontrasepsi metode barrier (penghalang),  alat kontrasepsi yang satu ini mencegah kehamilan dengan cara mengganggu/menghambat bertemunya sel telur wanita dengan sperma pria. Alat kontrasepsi metode ini di antaranya berupa kondom, diafragma, dan cervical cap.
·      Alat kontrasepsi metode spermisida (membunuh sperma), alat kontrasepsi ini mengganggu/menghambat kehamilan dengan cara membunuh sperma agar tidak sampai membuahi sel telur. Alat kontrasepsi metode ini misalnya saja adalah jeli, busa, atau tablet yang biasanya digunakan pada alat kelamin wanita.
·      Alat kontrasepsi metode pencegah implantasi, alat kontrasepsi ini mencegah kehamilan dengan cara mengganggu/menghambat proses penanaman hasil peleburan sel telur dan sel sperma (zigot) di rahim. Contoh alat kontrasepsi ini misalnya saja adalah IUD (Intrauterine devices).
·      Alat kontrasepsi metode sterilisasi, alat kontrasepsi ini mencegah kehamilan dengan cara memutuskan hubungan saluran tuba falopi (jalur yang dilalui sel telur menuju rahim). Dengan begitu, sperma tidak akan bertemu dengan sel telur dan sel telur tidak akan bisa menuju rahim. Metode ini disebut juga tubal ligation dan metode ini bersifat permanen.
·      Alat kontrasepsi pria (vasektomi), alat kontrasepsi ini mencegah kehamilan dengan cara memutuskan dan mengikat bagian vas deferens pria (saluran penghubung testis dan uretra). Dengan begitu, si pria tidak menghasilkan sperma. Metode vasektomi bersifat permanen.
B.  Analisa
          Etika sosial menonjolkan peran manusia, yakni masyarakat dan hati nurani. Etika sosial bersifat humanistik dalam pengambilan keputusan tentang apa yang baik yang harus dilakukan seseorang. Secara etika sosial keputusan untuk ber-KB yang diambil pasangan suami istri itu adalah tepat, karena bila kegiatan sang istri yang sangat padat maka dapat membahayakan keselamatan sang buah hati. Mungkin jika sang istri memaksakan diri untuk hamil, selain aktivitasnya akan terganggu, keselamatan calon anakpun akan terancam.
          Namun dalam proses pengunaannya masih banyak pendapat yang pro dan kontra seputar penggunaan alat kontrasepsi. Bagi yang pro, mereka akan berpendapat kalau penggunaan alat kontrasepsi atau yang sering disebut alat KB merupakan cara terbaik untuk  ‘mengendalikan’ alat reproduksi agar dapat membatasi jumlah anak dan juga memberi rentang periode kehamilan dari satu kelahiran dan kelahiran berikutnya. Keuntungannya, jika jumlah anak dibatasi tentu diharapkan ada peningkatan kualitas hidup dari anak tersebut. Umumnya, orangtua dengan jumlah anak yang sedikit tentu dapat lebih memfokuskan perhatiannya, memberikan akses pendidikan, kesehatan, dan penghidupan yang layak kepada anaknya dibandingkan dengan orangtua dengan jumlah anak yang banyak. Tapi bila ukurannya hanya materi, bahwa mereka dari keluarga kaya boleh mempunyai jumlah anak banyak (selama mampu membiayai) sedangkan mereka yang dari keluarga miskin sebaiknya tidak mempunyai anak banyak.
          Dalam dunia nyata, yang terjadi seringkali kebalikannya. Mereka yang berasal dari keluarga kaya, umumnya mampu menginvestasikan dana untuk pendidikan. Dan anak-anak dari menempuh pendidikan lanjut (SMA, Sarjana, Magister) umumnya memilih untuk menikah dan mempunyai anak di usia yang lebih matang, dibanding mereka yang tidak menempuh pendidikan lanjut. Sedangkan mereka yang berasal dari keluarga miskin, umumnya tidak mampu menyekolahkan anaknya ke tingkat yang lebih lanjut. Bagi anak perempuan dari golongan ekonomi lemah, sering pilihannya jika tidak bersekolah berarti menikah dan mempunyai anak di usia muda. Pernikahan di usia muda pada masa reproduksi yang masih panjang juga berakibat jumlah anak yang semakin banyak. Jika tidak dibatasi oleh penggunaan alat kontrasepsi, mereka yang berasal dari golongan ekonomi kurang mampu, hanya dapat menggunakan pil KB yang disubsidi oleh pemerintah di tingkat Puskesmas. Karena penggunaan alat kontrasepsi tergolong mahal terutama bila ingin menggunakan alat KB yang lebih bagus (IUD, sterilisasi).
          Golongan yang kontra, biasanya beralasan bahwa penggunaan alat KB berarti melanggar harkat seorang wanita atau tidak alamiah karena mengganggu fungsi normal tubuh wanita yang sudah seharusnya bereproduksi. Ada juga yang merasa penggunaan alat KB melewati batas wewenang kita sebagai manusia, karena bukankah Tuhan yang mengatur segala sesuatunya, termasuk rejeki dan juga anak yang dikandung? Sebenarnya alat kontrasepsi lebih dibutuhkan pada mereka yang berasal dari golongan menengah kebawah. Karena dengan bertambahnya jumlah anak dalam keluarga, akan semakin banyak kebutuhan yang harus disediakan. Akibat jangka panjangnya tentu bisa menimbulkan kebodohan dan kemiskinan. Pemerintah Indonesia pada jaman Orde Baru pernah giat menyerukan kampanye tentang Keluarga Berencana. Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi pada bangsa Indonesia waktu itu, tentunya banyak keluarga ingin menambah jumlah anak. Namun kampanye tentang Keluarga Berencana atau ‘Dua anak cukup’ jarang terdengar lagi setelah masa reformasi di tahun 1998. Padahal waktu itu Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup membebani masyarakat. Apalagi jika tidak ada subsidi alat kontrasepsi maka umumnya sebuah keluarga tidak memprioritaskan hal tersebut. Pastilah kebutuhan sandang, pangan, dan papan yang diutamakan, dibandingkan penggunaan alat KB. Lalu Apa kata Etika Kristen dan Alkitab mengenai keluarga berencana? Bolehkah orang Kristen menggunakan alat-alat KB?
          Manusia ditugaskan oleh Allah untuk “beranak cucu dan bertambah banyak” (Kejadian 1:28) dan pernikahan ditetapkan Allah sebagai lingkungan yang stabil untuk memiliki dan membesarkan anak. Dalam masyarakat, anak-anak sering dipandang sebagai gangguan dan masalah. Mereka menghalangi karir, pencapaian finansial dan mengganggu secara sosial. Seringkali kepentingan diri sendiri adalah akar dari penggunaan kontraseptif. Kejadian 38 menceritakan tentang anak-anak Yehuda, Er dan Onan. Er menikahi seorang perempuan bernama Tamar, namun karena dia jahat Tuhan membunuh dia sehingga Tamar tidak lagi bersuami dan tidak punya anak. Seturut dengan hukum dengan hukum perkawinan ipar dalam Ulangan 25:5-6 Tamar diberikan kepada Onan saudara Er. Onan tidak mau membagi warisannya dengan keturunan yang mungkin dia akan peroleh dari Tamar atas nama kakaknya sehingga dia mempraktekkan bentuk KB yang paling tua. Kejadian 28:10 mengatakan, “Tetapi yang dilakukannya itu adalah jahat di mata TUHAN, maka TUHAN membunuh dia juga.” Motivasi Onan adalah untuk mementingkan diri sendiri: dia memanfaatkan Tamar untuk kepuasannya sendiri namun menolak untuk melaksanakan tugasnya sebagai “saudara” untuk menghasilkan keturunan bagi almarhum kakaknya. Bagian ini sering dipakai sebagai bukti bahwa Tuhan tidak menyetujui KB. Namun demikian yang menyebabkan kematian Onan bukanlah metode kontrasepsi yang dia gunakan namun adalah motivasi Onan egois yang melatarbelakangi tindakan itu.
          Berikut ini adalah beberapa ayat yang menjelaskan anak dari perpektif Allah. Anak adalah hadiah dari Allah (Kejadian 4:1; Kejadian 33:5). Anak adalah warisan dari Tuhan (Mazmur 127:3-5). Anak adalah berkat dari Tuhan (Lukas 1:42). Anak adalah mahkota orang-orang tua (Amsal 17:6). Allah memberkati perempuan-perempuan mandul dengan anak-anak (Mazmur 113:9; Kejadian 21:1-3; 25:21-22; 30:1-2; 1 Samuel 1:6-8; Lukas 1:7, 24-25). Allah membentuk anak-anak dalam kandungan (Mazmur 139:13-16). Allah mengetahui anak-anak sebelum mereka dilahirkan (Yeremia 1:5; Galatia 1:15).
C.  Penilaian
          Poin pertama Alkitab tidak melarang kontrasepsi. Secara definisi, kontrasepsi adalah lawan dari konsepsi. Bukan penggunaan kontrasepsi itu sendiri yang menentukan benar atau salah. Jikalau seseorang menggunakan kontrasepsi karena mementingkan diri sendiri untuk kepentingan kepuasan hawa nafsu, maka itu adalah salah dan etika Kristen melarang itu. Jikalau orang menggunakan kontrasepsi untuk menunda kelahiran untuk sementara waktu sehingga mereka bisa lebih dewasa dan lebih siap secara keuangan dan kerohanian, maka penggunaan kontrasepsi untuk periode tersebut dapat diterima. Kembali semuanya tergantung pada motivasi pribadi masing masing dengan mengunakan etika situasi yang dapat dipertanggungjawabkan dengan sesama maupun dengan Tuhan.
          Alkitab selalu memperlihatkan bahwa mempunyai anak adalah hal yang baik. Alkitab “mengharapkan” suami dan isteri memiliki anak. Ketidakmampuan untuk memperoleh anak selalu diperlihatkan dalam Alkitab sebagai hal yang buruk. Tidak ada seorangpun dalam Alkitab yang menyatakan keinginan untuk tidak memiliki anak. Setiap pasangan yang sudah menikah harus berusaha untuk punya anak. Pada saat yang sama ada alasan dari Alkitab yang secara jelas mengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi untuk sementara waktu adalah tidak salah. Setiap pasangan yang sudah menikah harus mencari kehendak Tuhan sehubungan dengan kapan mereka akan berusaha untuk memiliki anak, dan berapa banyak anak yang mereka akan miliki demi kesejahteraan dan keharmonisan mereka.

         Jadi, setiap keluarga Kristen sebaiknya tahu kapan akan menggunakan KB, memilih sarana yang tepat dalam ber-KB yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Untuk itu disarankan untuk menggunakan dan memilih alat-alat kontrasepsi dengan tepat demi kesejahteraan keluarga untuk memuji dan memuliakan nama Tuhan.